I.
Pendahuluan
Berbicara mengenai muhammadiyah pasti tidak lepas dari sesosok
Kiai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah seorang pemikir revolusioner pada masanya. Beliau adalah orang yang menentang adanya
pembodohan ataupun menentang adanya sikap pasrah yang menyebabkan orang menjadi
miskin, serta mitos-mitos yang tidak sesuai dengan akal atau tidak rasional
yang dapat menjerumuskan umat Islam yang awam menuju ke kafiran, serta
ajaran-ajaran didalam ritual yang tidak diajarkan oleh Rasulullah saw.
Muhammadiyah berdiri
atas buah pemikiran Kiai Haji Ahmad Dahlan. Beliau melihat, Umat Islam memiliki
dua pusaka yang tiada bandinganya yaitu al Quran dan Sunnah, akan tetapi kenapa
justru masih banyak umat Islam yang miskin secara intelektual, material dan
spiritul. Setelah melalui proses perenungan, beliau mengetahui penyebab dari
kemalangan yang menimpa umat islam di Indonesia yaitu kebodohan serta
doktrin-doktri keagaman yang justru dapat menyebabkan kemandegan didalam proses
berfikir secara kritis dan terbuka. Munculnya sesuatu pemikiran yang baru,
pastilah tidak berjalan dengan mulus pasti menemui banyak kendala, dintaranya
pertentangan, permusuhan bahkan sampai menjurus ke pertikaian, akan tetapi Kiai
Haji Ahmad Dahlan dengan arif menanggapi perbadaan tersebut, karena perbedaan
itu bukan untuk dipertentangkan atau dipermasalahkan, perbedaan itu merupakan
salah satu nikmat yang telah di ciptakan oleh Allah SWT untuk saling melengkapi.
Sehingga pada masanya, organisasi Muhammadiyah sangatlah
unik karena berani menampilkan sisi perbedaan denagn mengkritisi tradisi yang
selama ini membodohi umat Islam di Indonesia tanpa menghilangkan nilai-nilai
keluhuran dari budaya tersebut. Melakukan pembaharuan didalam dakwah yaitu
dengan menempatkan akal dan logika di posisi teratas dengan diikuti kebersihan
jiwa, supaya muncul semangan untuk melakukan ijtihad.
Pemikiran dari Kiai Haji Ahmad Dahlan yang seperti apa yang
mana pemikiran itu sempat ditentang oleh para ulama kraton. Dan pemikiran yang
bagai mana yang menjadiak muhammadiyah menjadikan organisasi kemasyarakatan
yang terbesar setelah Nahdlatul Ulama (NU), menarik simpati para intelektual
yang sekaligus merakyat di kalangan kaum fakir-miskain dan rakyat kecil.
II.
Pembahasan
Muhammadiyah didirikan pada tahun 1912 oleh Kiai Haji Ahmad
Dahlan di Kauman ,Jogjakarta. Muhammadiyah lahir dari perenungan Kiai Haji
Ahmad Dahlan, yang memandang kurangnya pengamalan pesan moral yang terdapat
pada ayat Al Qur’an mengenai rahmatan lil alamin, jika diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia berbunyi kesejahteraan bagi seluruh alam. Dengan
begitu Muhammadiyah lahir dan berkembang dari pola fikir yang rasional dan
metodologis atas fenomena yang terjadi pada masyrakat sekitar yang disesuiakan
dengan ayat Al Qur’an.[1]
`ä3tFø9ur
öNä3YÏiB
×p¨Bé&
tbqããôt
n<Î)
Îösø:$#
tbrããBù'tur
Å$rã÷èpRùQ$$Î/
tböqyg÷Ztur
Ç`tã
Ìs3YßJø9$#
4
y7Í´¯»s9'ré&ur
ãNèd
cqßsÎ=øÿßJø9$#
ÇÊÉÍÈ
“ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[2];
merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imran: 104).
Surat Ali Imran ayat 104 inilah salah satu faktor yang
mendorong Kiai Haji Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah. Didalam ayat
ini secara tersirat menggambarkan, seharusnya gerakan dakwah amar makruf
nahi munkar yang dilakukan oleh setiap muslim itu harus membebaskan manusia
pada umumnya dan umat Islam pada khususnya agar terbebas dari kebodohan,
kesengsaraan serta kemelaratan. Gerakan dakwah yang dilakukan oleh Kiai Haji
Ahmad Dahlan merupakan upaya kreatif didalam berfikir yang diimplementasikan
didalam perbuatan untuk memenuhi panggilan jiwa seorang muslim dan menemukan
penyelesaian berbagai masalah kehidupan yang sesuai dengan tuntutan zaman.[3]
Dan keadaan tersebut
terdapat pada pedoman hidup warga Muhammadiyah:[4]
Dalam
hubungan-hubungan social yang lebih luas setiap anggota Muhammadiyah baik
sebagai individu, keluarga, maupun jamaah warga dan jam’iyah (organisasi) haruslah
menunjukkan sikap-sikap social yang didasarkan atas prinsip menjunjung tinggi
nilai kehormatan manusia memupuk rasa persaudaraan dan kesatuan kemanusiaan,
mewujudkan kerjasama umat manusia menuju masyarakat sejahtera lahir dan batin,
memupuk jiwa toleransi, menghoramti kebebasan orang lain, menegakkan budi baik,
menegakkan amanat dan keadilan, perlakuan yang sama, menepati janji,
menanamkan kasih saying dan mencegah
kerusakan, menjadikan masyarakat menjadi masyarakat shahih dan utama,
bertanggung jawab atas baik dan buruknya masyarakat dengan melakukan amar
ma’ruf dan nahimungkar, berusaha untuk menyatu den berguna atau bermanfaat bagi
masyrakat, memakmurkan masjid, menghormati dan mengasihi antara yang tua dan
yang muda, tidak merendahkan sesame, tidak berprasangka buruk kepada sesama,
peduli kepada orang miskin dan yatim, tidak mengambil hak orang lain, berlomba
dalam kebaikan dan hubungan-hubungan social lainya yang bersifat islah menuju
terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
Melaksakan
gerakan jamaah dan dakwah jamaah sebagai wujud melaksanakan dakwah islam
ditengah-tengah masyarakat untuk perbaikan hidup, baik lahir maupun batin
sehingga dapat mencapai cita-cita masyarakat islam yang sebenarnya.
Didalam buku Pemikiran
Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Dalam Perspektif perubahan Sosial karya
Abdul Munir ada beberapa pemikiran yang ditawarkan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan,
diantaranya:[5]
a.
Kiai Haji Ahmad Dahlan
berpendapat, bahwasanya agama itu berarti amal yang artinya menghasilkan dan
berbuat sesuatu yang sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah. Orang yang beradama
adalah orang yang mengapdikan seluruh hidup dan jiwanya kepada Allah SWT semata,
melalui mengajarkan ilmu yang diketahuinya, berkerja serta berkorban denga
harta dan jiwa untuk mendapatkan ridho dan rahmat dari Allah SWT.
b.
Al qur’an dan Sunnah
adalah dasar didalam mengambil keputusan atau menentukan hukum Islam. Akan
tetapi jika muncul suatu permasalahan dan tidak ditemukan secara tersurat di
dalam al Qur’an ataupun Sunnah, maka dapat ditentukan melalui penalaran melalui
akal yang disertai dengan Ijma’ dan Qiyas.
c.
Didalam memahami al
Qur’an ada lima syarat yang harus
dipenuhi. Yang pertama adalah mengertiartinya. Yang kedua adalah memahami
maknanya melalui ilmu tafsir. Yang ketiga dan keempat adalah mengkoreksi diri
sendiri, sudah menjalani perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah yang
telah diketahuinya. Dan yang terakhir adalah tidak mencari ayat lain sebelum
mengerjakan isi ayat yang telah diketahuinya.
d.
Umat Islam haruslah
mempertajam dan memperluas daya akalnya dengan ilmu mantiq atau logika,
sehingga bisa mengimplementasikan al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, dan
organisasi adalah aktualisasi dari dari tindakan tersebut.
e.
Untuk meningkatkan
kualitas hidup dan kemajuam umat Islam, umat Islam haruslah mempelajari dam
memahami berbagai ilmu pengetahuan yang sedang berkembang didalam kehidupan
masyarakat. Dan Kyai Haji Ahmad Dahlan berpesan kepada para kader Muhammadiyah,
“ Jadilah Insinyur, guru, dokter , master dan kembalilah ke Muhammadiyah.”
f.
Dalam mendidik kader
atau generasi muda, Kyai Haji Ahmad Dahlan menerapkan sistem berinteraksi
secara langsung. Dengan berinteraksi secara langsung akan menumbuhkan rasa
penghormatan, merasa diperhatikan sehingga muncul rasa kesetiaan kader terhadap
Muhammadiyah.
g.
Untuk menjawab
tantangan perubahan sosial yang disebabkan oleh arus modernisasi yaitu
kembali menggunakan al Qur’an sebagai pedoman hidup, menghilangkan sikap
Fatalisme, dan sikap taklid. Tujuan dari gerakan tersebut adlah untuk
menghidupkan kembali semangat ijtihad melalui kemampuan berfikir dengan
logis serta mengkaji realitas sosial.
h.
Menjadikan rakyat
kecil, orang-orang fakir miskin, orang-orang yang memiliki materi lebih, para
intelektual sebagai sasaran dakwah. Karena mereka adalah sasaran yang paling
strategis untuk mendakwahkan ajaran Islam.
i.
Sebaiknya di dalam hati
seseorang ditanamkan rasa ikhlas di dalam beramal sholeh. Dengan rasa ikhlas
yang tertanam dalam hati akan meninbulkan rasa tentram dan rasa nyaman, serta ringan
dalam menjalankan ibadah.
j.
Ulama adalah orang yang
berilmu dan kretif, dan mengembangkan ilmunya dengan perasaan ikhlas. Jiwa yang
ikhlas itu diibaratkan seseorang yang mengetahui hakikat hidup dan dunia,
sehingga dia tidak takut mati, akan tetapi justru mengingat akan datangnya
kematian sehingga dia selalu mengkoreksi dirinya.
k.
Orang harus berani
berdialog dan berdiskusi agar tidak merasa menjadi yang paling benar, dan dapat
menemukan kebenaran.
l.
Untuk mencapai tujuan
hidup, manusia harus saling berkerjasama dan menggunakan akal.
m.
Perpecahan dan
kehancuran hidup manusia, penyebabnya adalah kebodohan.
n.
Kehancuran, kegagalan
serta kebodohan pemimpin-pemimpin Islam dikarenakan ketidak pedulian para
pemimpin kepada nasib dan kesejahteraan hidup rakyatnya.
o.
Sikap terbuka akan
mengikhlaskan seseorang untuk merubah pemikirannya. Dengan terbukanya pikiran
seseorang maka dia akan selalu memperbaharui pkiran dantindakan yang sudah
biasa dia lakukan, dan tidak akan terikat oleh tradisi dan rutinitas.
III.
Kesimpulan
Muhammadiyah adalah organisasi sosial kemasyarakatan
berbasic Islam yang bergerak di dalam bidang dakwah, dan tajdid (pembaharuan
pemikiran menuju ke Islamisasi) serta pemurnian ajaran Islam, sebagaimana yang
telah diajarkan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan. Menurut kiai Haji Ahmad Dahlan,
kalau umat Islam ingin berjaya haruslah menempatkan akal dan logika sebagai
sumber pengetahuan yang utama dengan didasari hati yang bersih. Dengan akal
pikiran yang logis dan disertai dengan jiwa yang bersih dapat membentuk manusia
yang seutuhnyayang mana bisa mengantarkan manusia pada pemahaman tentang
hakikat dirinya. Karena pembeda manusia dengan makhluk ciptaan Allah yang kasat
mata adalah pada akal fikiranya yang disertai denga hati yang bersih.
Dan jelaslah
pemikiran yang ditawarkan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan dapat membuat
perubahan pada masyarakat disekitarnya, sehingga terlahirlah organisasi
Muhammadiyah. Pemikiran Kiai Haji Ahmad Dahlan modernis dan dapat diterima dan
diterapkan oleh semua lapisan Masyarakat sehinga Muhammadiyah menjadi
organisasi yang besar dan memiliki amal usaha yang cukup banyak.
Daftar Putaka
Abdurrahman ,Asymuni dkk. 2009. Pedoman
Hidup Islami Warga Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Mulkham , Abdul Munir. 1990. Pemikiran Kiai Haji Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah Dalam Perspektif perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
[1]
Abdul Munir Mulkham, Pemikiran Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Dalam
Perspektif perubahan Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), h. 1.
[2] Ma'ruf: segala perbuatan
yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan
yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
[3]
Abdul Munir Mulkham, Pemikiran Kiai Haji Ahmad Dahlan, h. 2.
[4]
Asymuni Abdurrahman dkk, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah,
(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2009), h. 71-72.
[5]
Abdul Munir Mulkham, Pemikiran Kiai Haji Ahmad Dahlan ,h. 8-9.
0 komentar:
Posting Komentar