Welcome to our website. Neque porro quisquam est qui dolorem ipsum dolor.

Lorem ipsum eu usu assum liberavisse, ut munere praesent complectitur mea. Sit an option maiorum principes. Ne per probo magna idque, est veniam exerci appareat no. Sit at amet propriae intellegebat, natum iusto forensibus duo ut. Pro hinc aperiri fabulas ut, probo tractatos euripidis an vis, ignota oblique.

Ad ius munere soluta deterruisset, quot veri id vim, te vel bonorum ornatus persequeris. Maecenas ornare tortor. Donec sed tellus eget sapien fringilla nonummy. Mauris a ante. Suspendisse quam sem, consequat at, commodo vitae, feugiat in, nunc. Morbi imperdiet augue quis tellus.

Rabu, 08 Juni 2011

QALB ORANG-ORANG YANG MUNAFIK

QALB ORANG-ORANG YANG MUNAFIK
Oleh:
Arifin


I.PENDAHULUAN
Qalb memiliki banyak sekali arti, tetapi secara garis besar Qalb hanya memiliki dua makna yaitu fisik dan non fisik. Makna fisik qalb adalah bagian tubuh yang memiliki peran penting didalam tubuh yang berfungsi mengalirkan darah keseluruh tubuh yaitu jantung. Makna non fisik qalb adalah bagian dari diri manusia yang dapat menyikab ilmu-ilmu gaib berarti qalb non fisik bisa diartikan ruh, akal, jiwa.
Hati adalah sarana seseorang untuk mengetahui untuk mengetahui kebenaran yang datangnya dari Allah. Hati juga sarana seseorang hamba untuk mendekatkan diri dengan Sang pencipta yaitu Allah SWT. Hati adalah pengendali seluruh anggota tubuh manusia, ibarat hati itu adalah raja sedangkan tubuh yang lainya adalah para pejabat, prajurut ataupun rakyatnya.
Manakala hati manusia itu bersih dari segala penyakithati (iri, dengki, sombong dan sifat tercela lainya) maka , kelak hati itu akan selamat, bahagia dan memperoleh kemenangan dikala menghadap Allah SWT. Manakala hati manusia itu kotor atau mengidap penyakit hati maka, kelak hati ini akan kecewa serta sengsara dikala menghadap Allah SWT.
Dalam mendekatkan diri dengan Allah SWT, manusia harus mengenal hati, hakekat dan sifat-sifatnya (hati). Dengan mengenal hati maka kita akan terhindarkan dari segala macam larangan dari Allah. Dengan mengenal hati pulalah manusia bisa mengetahui jati dirinya, dengan mengenal dirinya maka manusia mengenal Tuhanya.
Mengenai pembahasan tentang hati sangatlah luas dan membutuhkan kajian yang lebih mendalam lagi sehingga terkuak rahasia mengenai hati, Didalam makalah ini penulis hanya sedikit membuka wacana mengenai hati. Penulis akan membahas mengenai pengertian hati menurut para ulama, dan khususnya akan membahas mengenai qalb orang-orang munafik yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah: 8-10. Diayat ini akan dijelaskan mengenai keadaan qalb orang-orang munafik, penyakit hati yang diderita oleh orang-orang munafik, sebab ayat ini diturunkan, keterkaitan antar ayat yang akan dijelaskan secara tersirat maupun tersurat.



II. PEMBAHASAN
Qalb dalam bahasa Arab adalah merupakan bentuk masdar dari kata qalaba yang berarti membalikkan, merubah, mengganti. Kata kerja intransitive dari qalaba adalah taqallaba yang berarti bolak-balik, berganti-ganti atau berubah-ubah. Dinamai qalb Karena qalb itu cenderung berubah-ubah. Qalb inilah yang menentukan baik buruknya manusia seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
الآ ان فى الجسد بلغة اذا صلحت صلحت جسد كله واذا فسدت فسدت جسد كله الآ وهى القلب.
”Sesungguhnya dalam diri manusia terdapat segumpal daging. jika gumpalan daging itu bagus maka akan baguslah seluruh anggota tubuh. jika gumpalan daging itu rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuh. ketahuilah, gumpalan daging itu adalah hati (qalb).”
Berdasarkan hadits ini sebenarnya tidak tepat kalau qalb itu diartikan dengan hati, tetapi yang tepat adalah jantung. Lalu muncul hati yang bisa sedih, suka menangis, atau suka tersinggung. Berikutnya dijelaskan bahwa hati kita inilah yang menentukan seluruh kepribadian kita. kalau hati kita bersih, akan bersihlah seluruh akhlak kita. Yang ini bukan hati dalam pengertian fisik, akan tetapi hati dalam pengertian ruhani.
Dan Pembahasan Al Quran surat Al Baqarah ayat 8-10 adalah sebagai berikut:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الأَخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ {8} يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ {9} فِي قُلُوبِهِم مَّرَضُُ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذّابٌ أَلِيمُ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ {10}
“Di antara manusia ada yang mengatakan:’kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman (8). Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar (9). Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (10)”. (Q.s. al-baqarah 2: 8-10).

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الأَخِرِ = Dan diantara manusia ada yang berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan hari akhir”.
Sebagian manusia itu ada yang menunjukkan kebaikan ada yang menunjukkan keburukan. Dengan mulut mereka manyatakan beriman akan tetapi hati mereka tidak mengakui apa yang diucapkan itu. Di masa Al- Qur’an sedang diturunkan, diantara penduduk Madinah ada golongan munafik, seperti Abdullah ibn Ubay ibn Salul dan teman –temannya, dan sebagian besar Yahudi, mereka mengaku beriman dengan mulutnya, tetapi tidak dengan hatinya. Orang-orang seperti itu selalu ada setiap waktu dan tempat.
Al-yaumual akhir = hari akhir yaitu sejak hari berhimpun (hasyr) semua mekhluk di padang mahsyar, sampai dengan waktu tidak berkesudahan lagi. Atau sampai penghuni surga dan penghuni neraka masuk ke dalam tempatnya masing-masing. Mereka menyebut beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menyatakan bahwa keimanan mereka meliputi pangkal (Allah) dan ujung (hari akhir). Padahal mereka tidak bahkan menserikatkan Allah dengan masih mengakui Uzair adalah anak Allah. Mereka juga mengingkari adanya hari akhir. Andaikata mereka menyatakan keimanannnya kepada Allah dan hari akhir bukan untuk menipu, akan tetapi agar mereka tidak dihukum karena tidak beriman kepada Allah. Sebab mereka meyakini bahwa Tuhan itu beranak dan hanya mereka sajalah yang akan masuk surga. Mereka mengatakan bahwa mereka beriman agar mereka bisa mengelabui dan memperolok-olok orang mukmin.
وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ = Padahal mereka sama sekali bukan orang beriman.
Mereka tidak termasuk ke dalam golongan mukmin yang benar-benar merasakan kebesaran Allah dan meyakini bahwa Allah melihat segala yang mereka rahasiakan. Kaum munafik melaksanakan beberapa perbuatan ibadat yang nyata saja, karena mereka berfikir apa yang telah mereka kerjakan itu sudah membuat Allah senag. Mereka tetap bergelimang dalam dosa dan kejahatan, seperti berdusta, menipu, berkhianat, ingkar janji, dan sebagainya.

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ ءَامَنُواُ = Mereka menipu Allah dan orang-orang beriman.
Penipuan yang mereka lakukan adalah sering memperlihatkan lain dari apa yang mereka sembunyikan. Mereka menipu mukmin dengan menyatakan keimaan dan menyembunyikan kekufuran, selain untuk melindungi diri dari gangguan juga agar bisa menyadap rahasia untuk disampaikan kepada musuh-musuh mukmin: Yahudi dan musyrik.
وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُمْ = Padahal (sebenarnya) yang mereka tipu, tak lain hanyalah diri mereka sendiri.
Mereka tidak tahu sebenarnya mereka menipu diri mereka sendiri, mereka merasa berhasil karena telah mengelabui para mukmin. Akan tetapi Allah Maha Mengetahui apa-apa yang ada di hati mereka. Dan sebenarnya mereka menggali lubang untuk mereka sendiri karena telah merasa bisa menipu yang mengetahui segala sesuatu yang ghoib (Allah).
وَمَا يَشْعُرُونَ = Tetapi mereka tidak menyadari.
Mereka terbiasa berbuat demikian karena menipu telah menjadi kebiasaan mereka. Mereka tidak menyadari akibatnya. Jika datang seorang pemberi peringatan terhadap ulah mereka yang buruk, mereka pun mencari-cari alasan dan berkilah membela diri. Ada kala dengan mengharap akan diampuni dan ada kala dengan menyelewengkan perintah kitab.
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضُُ = Di dalam kalbu-kalbu mereka ada penyakit.
Yang dimaksud dengan kalbu dalam ayat ini adalah akal. Orang Arab seringkali menyebut kalbu dalam arti akal. Akal-akal mereka telah ditimpa hal-hal yang melemahkan penalaran (idrak) dan pemahaman untuk memahami agama dan mengetahui rahasia dan hikmah-hikmahnya. Diantara sebab-sebab yang melemahkan penalaran (idrak) adalah kejahilan, kemunafikan, keraguan, kebencian, dan dendam. Kesemuanya itu merusak iktikad dan akhlak yang menyebabkan akal menjadi kacau. Penyakit-penyakit ini telah ada pada mereka sebelum Rasul datang. Di kala itu mereka hanya membaca-baca kitab saja tanpa pemahaman dan mengerjakan amalan tanpa memperdulikan ruh dan hakikat amalan itu. Oleh karena itulah, amalan-amalan yang mereka kerjakan itu tidak membekas pada jiwa dan budi pekerti mereka.
Al-Qulub diayat ini artinya akal. Akal manusia itu dapat dipengaruhi oleh perasaanya. Perasaan itu yang mendorong manusia untuk melakukan suatu perbuatan.
فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا = Lalu Allah menambahkan lagi penyakit pada mereka.
Karena demikian sikap dan pekerti mereka, maka Allah pun semakin menambah kemunafikan mereka. Sesudah Nabi membawa kabar gembira (busyra) dan kabar menakutkan (indzar) yang disertai pengertian yang jelas, mereka masih saja enggan menurutinya. Bahkan bertambah kukuh berpegang kepada kebudayaan nenek moyangnya. Penyakit jiwa mereka semakin bertambah disebabkan kehilangan kedudukan serta kedengkian kepada keberhasilan yang diperoleh Rasul. Sebelum Rosul datang Qalb mereka mengidap penyakit jahil dan Setelah kedatangan Rosul, Qalb mereka dihinggapi pula penyakit munafik
Dendam, iri hati, dan ragu-ragu merupakan beberapa contoh dari penyakit jiwa. Penyakit ini bisa bertambah parah bilamana disertai dengan perubahan nyata. Misalnya rasa sedih pada seseorang akan bertambah dalam apabila disertai perbuatan seperti menangis, meronta-ronta. Penyakit yang demikian itu terdapat dalam jiwa orang-orang munafik. Oleh karena itu, mereka memusuhi Allah dan Rasul-Nya, menipu dengan sikap pura-pura, palsu dan berusaha mencelakakan Rasul dan umatnya. Kemudian, penyakit itu bertambah setelah melihat Rasul dalam setiap memperoleh kemenangan. Luasnya penyakit yang menjangkit adalah bimbang, ragu-ragu, menimbulkan ketegangan jiwa yang sangat pada orang-orang munafik itu. Akal pikiran mereka bertambah lemah untuk menanggapi kebenaran agama dan memahaminya, seperti difirmankan Allah.
Penyakit hati yang menimpa akal dapat dapat mengakibatkan lemah ingatan dan tidak mampu lagi memahami masalah-masalah agama, rahasia-rahasia yang terdapat didalam agama termasuk hikmah-hikmahnya.1 Jadi, kehilangan akal inilah yang dimaksud dalam ayat dibawah ini:
“…mereka mempunyai hati tetapi tidak digunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah…”(Q.s. Al-A’raf 7: 179)
وَلَهُمْ عَذّابٌ أَلِيمُ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ = Dan bagi mereka azab yang pedih disebabkan mereka berdusta
Di negeri akhirat, mereka akan diganjar dengan adzab yang pedih karena mereka berdusta dalam pengakuannya beriman kepada Allah dan hari akhirat. Tuhan menjadikan azab sebagai balasan kedustaan, bukan balasan bagi kejahatan-kejahatan yang lain. Hal ini untuk menyatakan keburukan dusta dan kekufuran diliputi oleh dusta. Inilah sebabnya, Al-Qur’an sangat keras memperingatkan kita yang berdusta. Apabila dalam suatu masyarakat banyak orang berdusta, akan timbul aneka macam kejahatan dan kerendahan budi. Hati mereka bertambah susah disebabkan kedustaan mereka, mengaku beriman kepada Allah. Sebenarnya mereka tidak beriman. Mereka hanya ingin menipu Rasul dan orang-orang muslim, tetapi sebenarnya mereka menipu diri sendiri.2
Munasabah ayat-ayat diatas adalah:
Ayat kesepuluh menjelaskan didalam hati mereka akan ditambah penyakit, dan mereka akan disiksa karena mereka berdusta. Siapa yang dimaksud dengan mereka yaitu orang-oarng munafik yang itu dijelaskan didalam ayat kedelapan. Dan di ayat kesembilan menjelaskan mengapa mereka ditambah penyakit didalam hatinya, serta akan disiksa dengan pedih karena mereka mencoba menipu Allah dan orang-orang Mukmin dengan kemusyikan mereka.
Asbab Nuzul ayat ini adalah:
Sifat-sifat munafik diturunkan dalam surat-surat Madaniyah karena di Makkah tidak ada munafik. Ketika Rasul berhijrah ke Madinah (sebelumnya bernama Yatsrib), daerah ini didiami oleh kaum Ansar yang terdiri dari kabilah ‘Aus dan Khazraj. Pada masa Jahiliyah mereka menyembah berhala seperti musyrikin Arab lainnya. Selain mereka itu, di Madinah juga didiami oleh Yahudi ahlul kitab yang terdiri dari tiga kabilah, yaitu kabilah Bani Qainuka yang bersumpah setia kepada Khazraj, bani Nazir dan Bani Quraizah yang bersumpah setia kepada ‘Aus. Orang-orang ‘Aus dan Khazraj memeluk Islam, sedangkan orang-orang Yahudi hanya sedikit saja yang memeluk Islam, satu diantaranya yaitu Abdullah ibn Salam. Sebelum ummat Islam mempunyai kedaulatan, di Madinah sudah ada orang yang munafik.
Untuk memelihara ketertiban dan keamanan umat Islam, Rasul membuat perjanjian dengan orang-orang Yahudi dan kabilah-kabilah di sekitar Madinah yang disebut dengan nama Piagam Madinah. Setelah perang Badar yang dimenangkan oleh kaum Muslimin, Abdullah ibn Ubay, dari kabilah Khazraj seorang pemimpin ‘Aus dan Khazraj, yang telah dicalonkan menjadi raja Madinah, memeluk Islam. Pernyataan Islam Abdullah ibn Ubay diikuti oleh pengikut-pengikutnya dan sebagian ahlul kitab. Sebenarnya mereka ini tidak sungguh-sungguh memeluk Islam. Mereka yang memeluk Islam karena melihat kemenangan Muslimin dalam perang Badar. Mulai saat itu lahirlah kaum munafik di kalangan penduduk Madinah dan orang-orang di sekitarnya. Mereka memperlihatkan lain dari yang mereka sembunyikan. Mereka melakukan hal itu untuk menipu orang-orang mukmin.
Pendapat imam Al Ghazali mengenai Qalb, roh (nyawa), nafs, akal:
Kata qalb memiliki dua pengertian. Pertama adalah daging yang berbentuk buah shanubaur ( karena itu dinamakan hati sanubari), terletak pada dada sebelah kiri. Kedua ialah yang halus (latifah), ketuhanan (rabbaniyah), dan kerohanian (ruhaniyah). Yang tergolong halus adalah hakekat manusia.
Roh (nyawa) memiliki dua pengertian. Pertama tubuh halus sumbernya adalah jantung lalu tersebar dengan perantara uart-urat yang memanjang kesegala bagian tubuh. Pengertian yang kedua yaitu yang halus dari manusia yang mengetahiu dan merasa.
Nafs memiliki dua pengertian. Yang pertama yaitu pokok yang menghimpun pada kekuatan marah dan nafsu syahwat pada manusia yang akan diuraikan pada waktu yang lain. Pengertian yang kedua yaitu diri manusia dan zatnya, tetapi disifatkan dengan bermacam-macam sifat sesuai dengan keadaanya. Misalkan, apabila manusia tenang dari kegoncangan yang disebabkan oleh nafsu syahwat, maka nafsu ini dinamakan muthmainnah (jiwa atau diri yang tenang). Apabila manusia tidak sempurna ketenanganya, akan tetapi menjadi pendorong nafsu syahwat ini dinamakan nafsu lawwamah (jiwa yang mencela) karena jiwa itu mencela tuanya yang teledor dalam menjalankan perintah Allah. Dan apabila nafsu ini tidak dapat menentang dan tunduk pada nafsu syahwat dan menurut pada sesuatu yang jahat, maka nafsu ini dinamakan an nafsu ammarah bis-suu’.
Akal juga memiliki dua pengertian. Pengertian yang pertama yaitu pengetahuan tentang hakekat segala keadaan. Yang kedua yaitu yang memperoleh pengetahuan itu. Itu adalah “hati” yakni yang halus itu.3
Menurut para sufi hati juga merupakan bagian dari diri kita yang dapat menyikap ilmu-ilmu ghaib, ada riwayat yang menyebutkan kita mempunyai dua pasang mata yaitu mata lahir yang hanya bisa melihat sesuatu yang tampk secara dhohir, dan mata batin inilah yang disebut dengan hati yang lathifah yang digunakan untuk melihat hal-hal yang ghaib. Dengan hati juga kita bisa melihat Allah, kata imam Al-Ghazali, hati itu dapat menuntun kita pada ilmu yang menyikap hal-hal ghaib.
III. ANALISIS
Qalb memiliki dua makna, Qalb yang berbentuk fisik dan Qalb yang berbentuk ruh. Qalb dalam arti fisik memiliki arti jantung, karena sudah dikelaskan dalam sabda Rasullalah, “Sesungguhnya dalam diri manusia terdapat segumpal daging. jika gumpalan daging itu bagus maka akan baguslah seluruh anggota tubuh. jika gumpalan daging itu rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuh. ketahuilah, gumpalan daging itu adalah qalb .” Dikalimat itu disebutkan segumpal daging didalam ilmu biologi tidak dijumpai adanya istilah daging melainkan otot, sedangkan jantung itu adalah otot yang memompa darah keseluruh tubuh. Dan jika jantung tersebut rusak maka rusaklah seluruh tubuh manusia karena darah tidak mengalir sebagaimana mestinya.
Ada Qalb yang berarti kemampuan ruhaniyah yang mampu melakukan penginderaan yang berfungsi untuk memahami, mempersepsi dan mencermati. Misalnya perasaan sedih, gembira, berfikir dan merenung itu adalah kekuatan batin yang disebut dengan qalb. Dan qalb yang dimaksud disini adalah hati atau jiwa. Dan peran hati juga sangat penting dalam kesehatan ruhaniyah, kalau hati rusak maka seluruh ruhani kita akan rusak akan tetapi kalau hati kita sehat maka sehatlah ruhani kita.
Allah menegaskan dalam surat Q.s. al-baqarah ayat 10, bahwa manusia itu harus menjaga hatinya dari perbuatan musyrik. Perbuatan musyik itu dapat merusak hati serta hanya akan merugikan manusia itu sendiri meskipun dia berhasil menipu orang lain akan tetapi dia tidak bisa menipu Allah Yang Maha Tahu. Didalam surat itu juga Allah akan menambah penyakit orang-orang munafik, penyakitanya berupa iri, dengki, dan menembahkan rasa kesedihan serta Allah akan melemahkan akal mereka kerena kejahilan, kemunafikan, keraguan, kebencian, dan dendam yang mereka lakukan. Dan jika mereka masih juga melakukan perbuatan musyirk maka mereka akan dimasukkan kedalam neraka.






DAFTAR PUSTAKA
Al-Maragi, Ahmad Mustafa. 1992. TAFSI AL-MARAGHI juz 1. Semarang: Toha Putra.

Ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. 1999. Kemudahan Dari ALLAH: Ringkasan Tafsir ibnu Katsir / Muhammad Nasib Ar-rifa’i. Syihabudin (penerjemah). Jakarta: Gema Insani Press.

Ash Shiddiqy, Tengku Muhammad Hasbi. 1995. TAFSIR AL-QURANUL MAJID AN NUR. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Blitary, Immun El(penyqdur). Tt. Pandangan AL GHAZALI Tentang Rahasia Keajaiban Hati. Surabaya: Al Ikhalas.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More