Terinspirasi
dari kepala daerah yg telah ditangkap KPK, tapi hanya dijatuhi hukuman yang
ringan.
Aksi demonstrasi
yang berakrif dengan kerusuhan, perilau main hakim sendiri atas para perampok,
copet yang tertangkap, dan perilaku anarkis lainya merupakan suatu bentuk
kekecewaan masyarakat atas ketidak adilan yang sering terjadi dinegeri ini.
Masyarakat mulai tidak percaya terhadap lembaga-lemabaga yang mengurusi hukum
maupun pemerintahannya sendiri. Perilaku anarkis tersebut merupakan
letupan-letupan kecil dari gunung es (gunung es itu terlihat kecil puncaknya
akan tetapi besar secara keutuhan), perilaku anarkis tersebut muncul
dikarenakan ras kecewa masyarakat yang mendalam dan besar atas perilaku para
pemimpinya.
Rakyat sudah
jenuh, lelah, pengap, gerah, hal-hal itulah yang dirasakan oleh rakyat kalangan
bawah. Rasa itu muncul akibat melihat para pengusa sekaligus merintis jadi
pengusaha yang melegalkan segala cara dari mulai menyuap, menyogok hingga
menggunakan pengaruhnya (kekuasaannya) untuk membesarkan, membuat
Berjaya,mempermudah perijinan usaha korporasi kolega serta anggota keluarganya
atau bahkan usahanya sendiri dan mempersulit pergerakan usaha pesaingnya, untuk
mencapai usaha tersebut aparat penegak hukum disuap, sehingga dapat mengamankan
posisinya selama menjabat ataupun selama dijerat (hukum).
Akses disegala
bidang mudah, sangsi ringan, denda yang jumlahnya kecil dibanding dana yang telah
dipindah ke rekening pribadi, fasilitas mewah di dalam hotel rodeo, membuat
rakyat kecil kecewa dan dendam akan tetapi tidak dapat berbuat apa-apa selain
mengelus dada dan pasrah menunggu hukum Tuhan Yang Maha Kuasa yang akan
dijatuhkan kepada pemimpin mereka yang korup. Sedangkan sebagian pemimpin
Negara ini yang korup masih menganggap rakyat kalangan bawah itu bodoh, tidak
tahu apap-apa sehingga mudah dibohongi. Pendapat itu tidak sepenuhnya benar karena
sebagian dari masyarakat kalangan bawah bertambah cerdas meskipun dengan
kirikulum yang belum siap dan masyarakat sudah melek informasi meskipun masih
mahal, akan tetapi ada baberapa kelemahan rakyak kecil Negara ini salah satunya
tidak dapat merubah keputusan hakim, DPR ataupun Pemerintah yang kadang sangat
merugikan rakyat dan hal inilah menjadi salah satu factor penyebab rakyat
Indonesia menjadi apatis terhadap kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan
hasil dari ketiga lembaga tersebut karena ketidakberdayaan mereka atas
kebijakan tersebut. “maaf” seekor harimau jawa (konon katanya hampir menuju
kepunahan) yang sudah dipelihara dari kecil akan patuh kepada sang pawang
(majikan) karena setiap harinya diberi makan, tempat tinggal bahkan
membersihkan kotoranya. Akan tetapi, kenapa masih ada beberapa pejabat
(eksekutif, legislative, yudikatif) sudah diberi makan, tempat tinggal, jabatan
, kekuasaan plus fasilitas mewah masih tidak patuh kepada sang majikan (rakyat
Indonesia), justru masih memilii keinginan menerkam, mencabik-cabik sang
majikan (rakyat Indonesia) dan memilih patuh terhadap majikan pemberi
kenikmatan semu dan sementra. Apakah sang majikan (rakyat indonesia) harus
mengeluarkan cemeti atau senapan (seperti kasus 1998) untuk menjinakkan atau
melumpuhkan harimau, agar harimau patuh dan tunduk kepada sang majikan (rakyat
indonesia).
0 komentar:
Posting Komentar