Minggu, 14 September 2014

ADIL?



Terinspirasi dari kepala daerah yg telah ditangkap KPK, tapi hanya dijatuhi hukuman yang ringan.
Aksi demonstrasi yang berakrif dengan kerusuhan, perilau main hakim sendiri atas para perampok, copet yang tertangkap, dan perilaku anarkis lainya merupakan suatu bentuk kekecewaan masyarakat atas ketidak adilan yang sering terjadi dinegeri ini. Masyarakat mulai tidak percaya terhadap lembaga-lemabaga yang mengurusi hukum maupun pemerintahannya sendiri. Perilaku anarkis tersebut merupakan letupan-letupan kecil dari gunung es (gunung es itu terlihat kecil puncaknya akan tetapi besar secara keutuhan), perilaku anarkis tersebut muncul dikarenakan ras kecewa masyarakat yang mendalam dan besar atas perilaku para pemimpinya.
Rakyat sudah jenuh, lelah, pengap, gerah, hal-hal itulah yang dirasakan oleh rakyat kalangan bawah. Rasa itu muncul akibat melihat para pengusa sekaligus merintis jadi pengusaha yang melegalkan segala cara dari mulai menyuap, menyogok hingga menggunakan pengaruhnya (kekuasaannya) untuk membesarkan, membuat Berjaya,mempermudah perijinan usaha korporasi kolega serta anggota keluarganya atau bahkan usahanya sendiri dan mempersulit pergerakan usaha pesaingnya, untuk mencapai usaha tersebut aparat penegak hukum disuap, sehingga dapat mengamankan posisinya selama menjabat ataupun selama dijerat (hukum).
Akses disegala bidang mudah, sangsi ringan, denda yang jumlahnya kecil dibanding dana yang telah dipindah ke rekening pribadi, fasilitas mewah di dalam hotel rodeo, membuat rakyat kecil kecewa dan dendam akan tetapi tidak dapat berbuat apa-apa selain mengelus dada dan pasrah menunggu hukum Tuhan Yang Maha Kuasa yang akan dijatuhkan kepada pemimpin mereka yang korup. Sedangkan sebagian pemimpin Negara ini yang korup masih menganggap rakyat kalangan bawah itu bodoh, tidak tahu apap-apa sehingga mudah dibohongi. Pendapat itu tidak sepenuhnya benar karena sebagian dari masyarakat kalangan bawah bertambah cerdas meskipun dengan kirikulum yang belum siap dan masyarakat sudah melek informasi meskipun masih mahal, akan tetapi ada baberapa kelemahan rakyak kecil Negara ini salah satunya tidak dapat merubah keputusan hakim, DPR ataupun Pemerintah yang kadang sangat merugikan rakyat dan hal inilah menjadi salah satu factor penyebab rakyat Indonesia menjadi apatis terhadap kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan hasil dari ketiga lembaga tersebut karena ketidakberdayaan mereka atas kebijakan tersebut. “maaf” seekor harimau jawa (konon katanya hampir menuju kepunahan) yang sudah dipelihara dari kecil akan patuh kepada sang pawang (majikan) karena setiap harinya diberi makan, tempat tinggal bahkan membersihkan kotoranya. Akan tetapi, kenapa masih ada beberapa pejabat (eksekutif, legislative, yudikatif) sudah diberi makan, tempat tinggal, jabatan , kekuasaan plus fasilitas mewah masih tidak patuh kepada sang majikan (rakyat Indonesia), justru masih memilii keinginan menerkam, mencabik-cabik sang majikan (rakyat Indonesia) dan memilih patuh terhadap majikan pemberi kenikmatan semu dan sementra. Apakah sang majikan (rakyat indonesia) harus mengeluarkan cemeti atau senapan (seperti kasus 1998) untuk menjinakkan atau melumpuhkan harimau, agar harimau patuh dan tunduk kepada sang majikan (rakyat indonesia).



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More