Kamis, 05 Mei 2011

PENGARUH BELAJAR DAN TERAPI MEMBACA AL QUR’AN SECARA RUTIN TERHADAP HILANGNYA RASA CEMAS PADA ANAK DIDIK SAAT MENGHADAPI UJIAN AKADEMIK.

PENGARUH BELAJAR DAN TERAPI MEMBACA AL QUR’AN SECARA RUTIN TERHADAP HILANGNYA RASA CEMAS PADA ANAK DIDIK SAAT MENGHADAPI UJIAN AKADEMIK.

  1. Latar belakang
Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan, karena tidak ada cara untuk menghindari kecemasan. Ciri-ciri orang yang mengalami gangguan kecamasan antara lain kesulitan untuk berkonsentrasi, sangat mudah lelah, ketidaksabaran, mudah tersinggung, dan mengalami keteganggang otot yang amat sangat.
Ada beberapa teori dalam psikologi yang menjelaskan tentang sebab-sebab kecemasan. Pertama teori psikoanalisis yang berpendapat bahwa sumber kecemasan adalah konflik yang tidak disadari antara ego (alam sadar) dan impuls-impuls id (alam bawah sadar). Dan jika seseorang meninggalkan id maka orang tersebut tidak lagi hidup. Kedua, teori tentang kognitif-Behavioral. Dimana rasa cemas itu disebabkan oleh proses-proses berpikir yang menyimpang.
Kecemasan yang sering dihadapi oleh peserta didik di usia sekolah menengah pada saat menghadapi ujian semester, sekolah, dan nasional. Maka untuk mengurangi kecemasan tersebut anak didik harus belajar dan dibutuhkan terapi membaca Al-Quran secara rutin, terapi membaca Al-Quran ini bisa dilaksanakan secara mandiri oleh peserta didik usia sekolah menengah.
Tidak gampang menyerah, ini merupakan salah satu kunci kesuksesan Thomas Alfa Edison. Dia tidak gampang putus asa dengan ribuan kasus kegagalannya. Itu justru memicu keingintahuan yang mendalam. Kreativitas adalah sebuah hasil latihan. Suatu upaya terus menerus tak kenal lelah. Kreativitas yang tidak dilatih akan lumpuh, misalnya otot seorang binaraga yang tidak pernah dilatih (Taufiq Pasiak, 2002: 166). Ini adalah proses belajar yang dialami Thomas Alfa Edison.
Ketika seorang bermeditasi atau bertafakur, berdzikir, atau bahkan membaca Al-Qur’an, tidur, dan bermimpi, otak bekerja sedemikian rupa malalui gerakan-gerakan sel saraf dan melepas muatan sehingga di dalam otak ada gelombang listrik.
Ada empat jenis gelombang otak yang merekam aktivitas manusia sepanjang waktu. Ketika seseorang tidur dan tidak bermimpi itu artinya ia tidak melakukan apa-apa. Akan tetapi positifnya, keadaan ini adalah kondisi yang prima untuk penyembuhan penyakit. Keadaan tidur ini disebut keadaan delta yang memiliki frekuensi 0.5-3.5 Hz. Ketika seseorang tidur dan bermimpi, berati ia dalam keadaan teta. Keadaan teta adalah kondisi ketika pikiran atau otak bekerja secara baik, jernih, dan “bening”. Tahap iluminasi dari proses kreatif menunjukkan gelombang alfa pada otak, kisaran 7 atau 8- 13 Hz. Untuk mengingat dengan baik, otak harus berada dalam keadaan alfa. Ketika seseorang dilanda setres atau frustasi dan tidak dapat berpikir jernih. Keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi otak sedang berada dalam kondisi beta. Gelombang ini berkisar di atas 13 Hz yang menunjukkan kinerja logis otak. Otak dalam kondisi ini adalah otak analitis (Taufiq Pasiak, 2002).
Tapi dilihat dari fenomena yang ada banyak peserta didik dan guru yang melakukan doa bersama sehari sebelum ujian dan berkeyakinan dapat membuat mereka lulus dalam ujian. Banyak juga peserta didik yang melakukan belajar dengan sistem kebut semalam. Namun seharusnya hal ini dilakukan secara rutin.

  1. Tujuan Program
Program ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh membaca Al-Quran dan belajar secara rutin terhadap hilangnya rasa cemas pada anak didik saat menghadapi ujian semester, sekolah, maupun nasional.

  1. Manfaat program
Perancang program berharap program ini bisa menambah wawasan mengenai manfaat membaca Al-Quran secara rutin sebagi obat penghilang rasa cemas disertai dengan belajar rutin bagi setiap anak didik di sekolah menengah. Serta program ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi orang tua dan guru agar mengarahkan anak didiknya untuk membaca Al-Quran.


  1. Sasaran program
Sasaran dari program ini adalah anak didik di sekolah menengah.

  1. Metode dan Cara Penyampaian
Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan manfaat belajar dan membaca Al-Qur’an. Selain itu, metode yang digunakan adalah observasi partisipan. Dimana observer juga melakukan belajar dan terapi membaca Al-Qur’an secara rutin dan mandiri.
Cara penyampaiannya dengan melakukan sosialisasi di sekolah dan masyarakat tentang pentingnya belajar dan membaca Al-Qur’an secara rutin.

  1. Hambatan yang kemungkinan dialami
  1. Tidak semua anak didik usia sekolah menengah beragama islam.
  2. Waktu menonton televisi dan bermain yang berlebihan bagi anak usia sekolah menengah.
  3. Orang tua tidak peduli terhadap waktu belajar dan mengaji untuk anak usia sekolah menengah.
  4. Guru hanya menekankan segi kognitif dari pada psikis anak didiknya.

  1. Solusi
  1. Anak didik diajari dan disuruh untuk membaca Al-Quran, baik muslim maupun non muslim karena intonasi dan bacaan Al-Quran itu dapat menghilangkan gelombang beta pada otak, dimana gelombang beta tersebut dapat menyebabkan pikiran tidak bisa fokus dan sulit berkonsentrasi serta tidak dapat berpikir jernih.
  2. Anak usia sekolah dibatasi waktu untuk menonton televisi dan bermain agar anak menjadi disiplin.
  3. Orang tua memberikan tanggung jawab kepada anak untuk megatur waktu belajar mengajinya sendiri. Selain itu juga orang tua tidak lupa untuk mengontrolnya.
  4. Guru tidak hanya mementingkan segi kognitif anak saja tetapi juga harus memikirkan segi psikis anak, misalnya anak diwajibkan mengikuti ekstrakulikuler sesuai dengan bakat dan minat anak.

  1. Hasil
Pembuat program berharap dengan dilaksanakannya program ini dapat terlahir:
  1. Anak didik menjadi lebih tenang saat menghadapi ujian semester, sekolah, maupun nasional.
  2. Anak didik lebih percaya diri dengan kemampuannya tanpa mengandalkan contekan dari teman dan bocoran jawaban soal ujian, baik melalui sms maupun dari oknum.
  3. Remaja Indonesia yang tidak mudah terpengaruh oleh arus globalisasi dan tidak latah dengan fenomena yang dipropogandakan oleh media masa.
  4. Guru dan orang tua yang peduli terhadap kemajuan anak, baik dari segi mentalitas maupun kognitif.
  5. Anak didik yang disiplin.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More