Kamis, 05 Mei 2011

manfaat puasa bagi Qalb

I. PENDAHULUAN
Di zaman modern saat ini kajian terhadap hal-hal yang bersifal rasionalistik empirik lebih mendominasi, dari pada hal-hal yang berdimensi sufistik. Sehingga nilai-nilai keilahian yang bersifat transendental mengalami kegersangan, karena dimensi yang bersifat rasional tidak dibarengi dengan dimensi sufistik atau spiritual. Maka dalam hal ini, Allah memberitahukan bahwasanya Dia mewajibkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk berpuasa, sebagaimana Dia mewajibkan atas umat-umat agama sebelumnya. Alasan kewajiban puasa ini dilandasi oleh manfaat dan hikmahnya yang besar, yaitu supaya orang- orang berpuasa dapat meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Adapun puasa yang diwajibkan Allah SWT adalah puasa hari-hari tertentu seperti bulan Ramadhan. Allah SWT tidak mewajibkan kalian untuk berpuasa sepanjang masa. Hal ini merupakan rahmat dan keringanan bagi kalian. Bersamaan dengan rahmat dalam puasa ini, Allah juga mensyariatkan kepada orang yang sakit karena dapat membahayakan dirinya, dan orang yang dalam perjalanan (musafir) yang merasa berat jika berpuasa, diperbolehkan bagi mereka untuk berbuka dan menggantinya pada hari-hari lainnya sejumlah hari yang ditinggalkannya. Semua itu merupakan rahmad Allah SWT.
Sayyid Quthb- penulis Tafsir Zhilal Al Qur’an berkata, “Sesungguhnya Allah itu mengetahui bahwa satu beban (taklif) itu sangat berat dan membutuhkan pertolongan agar jiwa manusia dapat bangkit dan melaksanakannya, sekalipun di dalamnya terdapat hikmah dan manfaat juga keridhoan Allah bagi umat manusia. Maka dari itu, taklif diawali dengan seruan yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman untuk meningkatkan hakekat mereka yang asli, lalu menetapkan setelah seruan ini bahwasanya puasa adalah kewajiban yang lama sekali dan berlaku atas orang-orang yang beriman di semua agama. Adapun tujuan puasa adalah untuk mempersiapkan hati agar manusia berpuasa penuh perasaan takut pada Allah ta’ala. Dan ketaqwaanlah yang berperan menjaga hati manusia dengan puasa.
Di dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai pengertian Qalb, Ruh, Aql, dan Nafs, serta manfaat puasa bagi Qalb. Adapun pericianya akan di bahas dalam makalah ini.


II. PEMBAHASAN
Sebelum kita membahas mengenai manfaat puasa bagi qalb, sebaiknya kita mengetahui pengertian qalb dari para ahli serta pengertian ruh, aql, nafs. Menurut al-Ghazali istilah ruh, qalb, aql dan nafs sama-sama mempunyai dua makna. Kata qalb bermakna hati dalam bentuk fisik maupun hati dalam bentuk non fisik. Hati dalam bentuk fisik adalah bagian tubuh manusia yang sangat penting karena menjadi pusat aliran darah ke seluruh tubuh. darah ini pula yang membawa kehidupan. oleh karena itu nabi saw bersabda:
الآ ان فى الجسد بلغة اذا صلحت صلحت جسد كله واذا فسدت فسدت جسد كله الآ وهى القلب.
”Sesungguhnya dalam diri manusia terdapat segumpal daging. jika gumpalan daging itu bagus maka akan baguslah seluruh anggota tubuh. jika gumpalan daging itu rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuh. ketahuilah, gumpalan daging itu adalah jantung (qalb).”
Berdasarkan hadits ini sebenarnya tidak tepat kalau qalb itu diartikan dengan hati, tetapi yang tepat adalah jantung. Lalu muncul hati yang bisa sedih, suka menangis, atau suka tersinggung. Berikutnya dijelaskan bahwa hati kita inilah yang menentukank seluruh kepribadian kita. kalau hati kita bersih, akan bersihlah seluruh akhlak kita. Yang ini bukan hati dalam pengertian fisik, akan tetapi hati dalam pengertian ruhani. Oleh karena itu kata Al-Ghazali, ada makna hati yang kedua: Lathifah rabbaniyah ruhaniyyah. (sesuatu yang lembut yang berasal dari tuhan dan bersifat ruhaniyah), lathifah itulah yang membuat kita mengetahui atau merasakan sesuatu. kata al-Qur’an, hati itu mengetahui merasakan, juga memahami. Jadi hati adalah suatu bagian ruhaniyah yang kerjanya memahami sesuatu itulah qalb.
Ruh juga mempunyai dua arti. Ada ruh yang berkaitan dengan tubuh yang erat kaitannya dengan jantung ini, yang beredar bersama peredaran darah. Kalau darah sudah tidak beredar lagi dan jantung kita sudah berhenti ruh itupun tidak ada. Itulah ruh dalam bentuk jasmania yang terikat dengan jasad. Selain itu juga ada ruh dalam arti yang kedua yang ajaibnya definisinya sama dengan hati, yaitu lathifah Rubbaniyah Ruhaniyan Wal hasil secara abstrak atau maknawi ruh sama dengan hati. Ruh itulah yang merasakan penderitaan atau kebahagiaan. Orang barat mungkin menyebutnya mind, kita menyebutnya jiwa.
Hati menurut Al-Ghazali yang menjadi perhatiannya bukanlah hati fisik, menurutnya rabbaniyah ruhaniyah adalah suatu yang sangat lembut. Tuhan juga disebut dengan Al -latif (yang maha lembut). lahtifah berarti juga lutf yang artinya anugrah. Jadi Al latif berarti dzat yang memberi anugrah.
Berikutnya adalah Akal. Ia juga memiliki dua nama. ada akal sebagai ilmu tentang sesuatu sehingga orang yang berakal adalah orang yang mengetahui ilmu tentang sesuatu, dalam makna ini, akal sama dengan ilmu. selain itu akal juga berarti sesuatu di dalam diri kita menjadi yang menjadi alat untuk memperoleh ilmu. jadi akal bisa disebut sebagai ilmu itu sendiri, dan bisa juga sebagai alat untuk memperoleh ilmu. hal itu berarti sama artinya dengan hati, latifah rubbaniyah ruhaniyah mudrikah alimah arifah. jadi bagian dari kita untuk mengetahui sesuatu disebut akal.
Alhasil ternyata tidak ada perbedaan antara ruh, hati dan akal. ketiganya sama-sama merupakan sesuatu yang merasakan kepedihan atau kebahagiaan yang tidak berkaiatan dengan jasmani. Orang dapat merasakan pedih tampa mengalami gangguan fisik, sedikitpun. tubuhnya normal tetapi mengalami kepedihan yang luar biasa. Dalam penelitian modern disebutkan bahwa yang merasalan sakit di tubuh kita sebetulnya bukan tubuh, akan tetapi ruh. Dalam dunia yang tidak modern juga, orang orang mengetahui bahwa kalau seseorang tidak mempunyai ruh, ia tidak akan merasakan sakit apapun, meski tubuhnya di kerat-kerat. Hal ini membuktikan bahwa yang merasakan sakit bukan tubuh kita, tetapi ruh kita atau qalb atau akal-dalam definisi lathif sesuatu yang merasakan kepedihan atau kebahagiaan yang tidak berkaitan dengan jasmani. Orang bisa merasa sangat pedih tanpa mengalami gangguan fisik sedikitpun. Tubuhnya normal tetapi ia mengalami kepedihan yng luar biasa. Dalam penelitian modern disebutkan bahwa yang merasakan adalah lathifah rabbaniyah ruhiyyah.
Setelah kita mengetahui pengertian Qalb, Ruh, Aql, dan Nafs menurut Al-Ghozali. Kita akan membahas manfaat puasa bagi qalb menurut para ahli tafsir dan para ahli ilmu agama. Kita akan membahas surah Al Baqarah ayat 183-185, di bawah ini akan dibahas mengenai hal tersebut.
`
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٨٣﴾
"Wahai segala orang yang beriman, telah difardukan atasmu mengerjakan puasa, sebagaimana telah difardukan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bartaqwa (183)."
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ = Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu.
Allah telah mewajibkan berpuasa kepada nabi-nabi sebelum nabi Muhammad di turunkan sebagai nabi yang terakhir. Ayat ini menjelaskan kepada kita untuk melaksanakan puasa walaupun berat, akan tetapi talah diperintahkan pula kepada umat-umat terdahulu sebelum kita.
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ = untuk menyiapakan kamu bertaqwa.
Tentang puasa menyiapkan kita untuk bertaqwa kepada Allah, dapat dilihat kenyataanya dari berbagai jalan, yang terpenting diantaranya adalah :
1. Puasa itu membiasakan manusia takut akan Allah baik dilihat manusia lainya maupun tidak dilihat oleh manusia lainya. Apabila ia meninnggalkan keinginan-keinginan nafsunya, yakni makan yang sedap, minuman yang segar, istri yang memikat hati, karena mengikuti perintah Allah dan melaksanakan petunjuk agamanya.
2. Puasa itu mematahkan gejolak hawa nafsu dan menjadikan jiwa dapat memalingkan syahwatnya menurut ketentuan syara'.
3.Puasa itu menanamkan syafa'at dan rahmat yang menggerakkan kita kepada suka memberi dan suka bersedekah.
4. Puasa itu mengandung persamaan antara orang kaya, orang papa, orang berpangkat maupun jelata, semuanya menjalankan puasa.
5. Puasa itu membiasakan umat teratur dalam kehidupanya karena mereka berbuka pada saat yang sama.
6. Puasa itu melenyapkan segala racun yang ada di dalam tubuh dan yang ada di dalam perut besar, serta menghancurkan lemak yang sangat berbahaya bagi jantung sehingga menyehatkan badan dan kita dapat melaksanakan ibadah dengan khusyuk.
Al-Auza'i berpendapat, bahwa umpat dan gunjing membatalkan puasa.
kata ibnu Hazam: " puasa itu, dibatalkan oleh segala maksiat yang sengaja dikerjakan lagi dalam keadaan teringat puasa."
kata Al-Ghozali: " Orang yang mendurhakai Allah sedang ia dalam puasa, samalah dengan orang yang sedang membangun gedung akan tetapi ia menghancurkan suatu kota."
Ayat puasa dimulai dengan ajakan kepada orang yang memiliki iman barang sedikit, ia di mulai dengan satu pengantar yanng mengundang setiap mukmin untuk sadar melaksanakan kewajiba berpuasa. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kewajiban puasa tanpa menunjuk siapa pelaku yang mewajibkan entah itu orang atau kelompok. Kemudian, menahan diri dibutuhkan oleh setiap orang, kaya atau miskin, muda atau tua, lelaki atau perempuan, sehat atau sakit. Selanjutnya ayat ini menerangkan telah di wajibkan pula atas ummat-ummat terdahulu sebelum kamu, ini berarti puasa bukan hanya khusus untuk generasi mereka yang diajak berdialog pada masa turunya ayat ini, tetapi juga terhadap umat-umat terdahulu, walaupun rincian cara pelaksanaanya berbeda-beda. Kewajiban puasa tersebut dimaksudkan agar kamu bertaqwa, yakni terhindar dari segala macam sanksi dan dampak buruk, baik duniawi maupun ukhrawi.
Puasa merupakan sarana penjaga individu dan masyarakat, baik penjaga tubuh, pembersih hati, pengarahan karakter jiwa, dan penuntun nurani.Orang yang berpuasa meninggalkan makanan didunia untuk mendapatkan gantinya di akhirat dengan makanan yang lebih mengundang selera, sedangkan pada saat itu seorang muslim sangat membutuhkan makanan di akhirat.
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١٨٤﴾َ
"(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (184)."
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ = dalam beberapa hari yang di hitung.
Allah mewajibkan puasa dalam beberapa hari yang dapat di tentukan bilangannya, yaitu pada bulan ramadhan. Allah tidak mewajibkan kita untuk berpuasa sepanjang masa karena ini merupakan bentuk dari keringanan yang diberikan oleh Allah kepada kita.
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ = Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain dan atas orang-orang yang sukar benar mengerjakan puasa itu, membayar fidyah, makanan seorang miskin.
Orang yang berpuasa juga harus melihat kondisi kesehatan dan keadanya. Barang siapa di antara kamu sakit yang memberatkan kamu berpuasa atau sedang melakukan perjalanan yang jauh atau pekerja berat yang mesti dan harus di lakukanya sehingga bila ia tinggalkan menyulitkan diri atau keluarga yang ditanggungnya maka di gugurkan kewajibanya menjalankan puasa ramadhan akan tetapi membayar fidyah, sedangkan untuk yang melakukan perjalanan jauh tidak membayar fidyah melainkan harus menggantinya di lain hari sesuai jumlah hari yang di tinggalkanya tetapi jangan melaksanakanya pada hari-hari yang di haramkan untuk berpuasa.
Segolong ulama , di antaranya ibnu Sirin, Atha dan al-Bukhari berpendapat, bahwasanya segala bentuk sakit, baik berat atau tidak menjadi keringanan untuk kita berbuka. Disebut dalam Sahih Bukhari, bahwasanya para sahabat bersafar (safar yang membolehkan kita berbuka ialah safar yang di bolehkan kita mengqasharkan sholat, jarak sefarsakh = 3 mil) bersama nabi SAW. Maka diantara mereka ada yang berbuka dan ada yang diantaranya masih berpuasa. Masaing-masing mereka tidak menjelekkan yang lain.
Mereka yang sukar mengerjakan puasa, yaitu orang tua yang lemah, orang yang berpenyakit yang tidak memiliki harapan sembuh, para kuli yang mengerjakan pekerjaan berat, perempuan yang mengandung atau menyusui. Mereka di wajibkan membayar fidyah.
Kebanyakan imam, seperti: Abu Hanifah, Malik, Asy-syafi'i, berpendapat, bahwa: berpuasa itu lebih utama bagi orang yang kuat dan tidak menyukarkan. Al Auza dan Ahmad berpendapat bahwa: berbuka itu lebih utama, mengingat rukhshah (keringanan) yang di berikan oleh Allah.
فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ = maka barang siapa berbuat tatawu, maka itu lebih baik baginya.
Barang siapa yang membayar fidyah itu sangat baik baginya, karena pahalanya kembali kepadanya sendiri. Membuat tatawu ini, melengkapi tiga macam:
  1. Memberi makanan kepada lebih dari seorang miskin.
  2. Memberi makan kepada seorang miskin lebih dari kadar yang wajib.
  3. Berpuasa sunat pula selain yang fardu.
وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ = dan bahwa puasamu, lebih baik bagimu. Jika kamu mengetahui.
Puasa itu lebih baik bagimu, karena puasa itu melatih fisikmu maupun jiwamu untuk menjadi tangga taqwa dan muroqobah. Jika kamu mengetahui dasar-dasar kebajikan pada puasa dan jika kamu meyakini bahwa puasa itu difardukan untuk kemaslahatan para mukalaf sendiri.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّـهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّـهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ١٨٥﴾)
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ =(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).
Guna memperingati petunjuk Allah yang diturunkan di bulan Ramadhan, kita diperintahkan oleh Allah agar melaksanakan ibadah yang tidak diperintahkan pada bulan-bulan yang lain yaitu ibadah puasa.
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ = Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.
Barang siapa berada dikampungnya di waktu bulan ramadhan tiba, hendaknya dia mengerjakan fardu dengan semestinya. Hal ini mengenai negeri yang mengalami bulan ramadhan, maka hari-harinya dijadikan untuk berpuasa.
وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَر = dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah mengulangi soal kebolehan berbuka sekali lagi, bagi yang sakit dan yang dalam safar, adalah supaya jangan disangka bahwa puasa di bulan ramadhan diwajibkan dan sama sekali tidak boleh berbuka sama sekali bagi yang tidak mampu melaksanakanya.
يُرِيدُ اللَّـهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ = Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Allah berkehendak dengan memberi rukshah (keringanan) dalam hal puasa dan dalam segala hukum-hukum lainya yang di syari'atkan, adlah supaya agama itu menjadi mudah dan yidak menyulitkan umat manusia.
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ = Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
Allah memberikan kemudahan bagimu berbuka dalam keadaan sakit dan safar, karena Allah menghendaki kemudahan untuk kamu, dan Allah menghendaki kamu menyempurnakan bilangan puasa itu. Maka barang siapa tidak bisa menyempurnakan bilangan puasa secarai tunai karena uzur, sakit atau safar, hendaknya disempurnakan secara qodho, dengan demikian dapatlah kamu memperoleh kebajikan dan berkatnya.
وَلِتُكَبِّرُوا اللَّـهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُم = dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.
membesarkan Allah ialah dengan cara menyebut kebesara-Nya dan kenikmatan-Nya dalam memperbaiki keadaan hamban-Nya.
وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ = dan supaya kamu mensyukuri-Nya.
Supaya kamu mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah, maka hendaklah kamu memberikan kepada azimah dan rukhshah haknya masing-masing. (teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy, Tafsir Al-Quran Majid An Nur, h. 297-300)


III. KESIMPULAN
Qalb itu diartikan dengan hati, tetapi yang tepat adalah jantung. Lalu muncul hati yang bisa sedih, suka menangis, atau suka tersinggung. Berikutnya dijelaskan bahwa hati kita inilah yang menentukan seluruh kepribadian kita. kalau hati kita bersih, akan bersihlah seluruh akhlak kita. Yang ini bukan hati dalam pengertian fisik, akan tetapi hati dalam pengertian ruhani.
Puasa merupakan rahasia antara Allah dengan hambanya, tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah dengan dirinya. Berbeda halnya dengan ibadah yang lainya seperti shodaqoh, sholat, haji orang lain bisa melihatnya atau menyaksikanya bahkan bisa merasakan manfaatnya meskipun orang lain yang melaksanakan ibadah tersebut.
Puasa juga bagus untuk kesehatan karena dengan berpuasa gula hati yang ada di dalam tubuh akan bergerak. Seiring dengan hal itu lemak yang berbahaya bagi jantung akan terurai, protein yang ada di otot juga akan di uraiakn, sel-sel hati akan bergerak dan seluruh tubuh akan mengorbankan matri-materi khususnnya demi keseimbangan hati (qalb).
Selain membersihkan hati yang berupa fisik, puasa juga membersihkan hati yang non fisik. Puasa merupakan sarana pembersih diri dan mengajak kepada kebaikan. Puasa merupakan sarana penjaga hati ( qalb) yang non fisik, pengerahan karakter jiwa dan penutun nurani.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghy, Ahmad Musthafa; penerjemam: Bahrun Abubakar. 1984. Tafsir Al- Maraghy. Semarang: Toha Putra.
Buhairi, Syaikh M. Abdul Athi; penerjemah: Abdurrahman Kesdi dan Umma Farida . 2005. Tafsir Ayat-Ayat Yaa Ayuhal-ladzina Aamanu. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Shiddiqy, Teungku Muhammad Hasbi Ash. 1995. Tafsir Al Quran Majid An Nur. Semarang: P.T. Pustaka Rizki Putra.
Shihab, M. Quraish. 2000. TAFSIR AL- MISBAH Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran. Ciputat: Lentera Hati.
http://tanzil.net/#2:183-188
http://id.wikipedia.org/wiki/Juz_2


.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More