SOMATOFORM DISORDER
I.
Pendahuluan
Seringkali seseorang mengeluhkan rasa sakit, meskipun
sebenarnya secara medis telah dinyatakan sehat. Seseorang merasa ada yang aneh
pada dirinya, meskipun tidak ada yang aneh pada dirinya. Dan terkadang soerang
atlit, para pejabat atau seorang prajuri mengalami lumpuh atau matinya sebagian
tubuh tanpa diketahui penyebabnya. Seseorang yang merasa bagian tubuhnya kurang
sempurna atau ada bagian tubihnya yang kecil. Hal-hal tersebut terkadang
membuat individu merasa tidak nyaman dan merasa aktivitas keseharianya
terganggu. Kejadian-kejadian tersebut didalam psikologi disebut dengan gangguan
Somatoform.[1]
Gangguan somatoform
merupakan cerminan atau konflik psikologis seseorang. Dan gangguan somatofom
merupakan suatu gangguan yang menyakini atau untuk menyakinkan orang lain bahwa
dirinya sedang sakit, tubuhnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau bentuk
tubuh yang kurang bagus.
Didalam makalah ini
akan menjelaskan pengertian dari gangguan somatoform dan golongan-golongan yang
termasuk di dalam somatoform. Di dalam golongan tersebut juga akan dijelaskan
penyebab serta diagnosis menurut DSM-IV TM.
II.
Pembahasan
Somatoform berasal dari bahasa Yunani yang memiliki asal
kata soma, artinya tubuh. Somatoform
adalah gangguan yang berorientasi pada fisik seperti mual, nyeri, kembung,
kehilangan fungsi tubuh yang sesungguhnya tidak ada abnormalitas pada
fisiologis yang dapat ditemukan penyebabnya melalui pemeriksaan medik.[2]
Pendapat yang lain menyatakan gangguan somatoform merupakan kekhawatiran adanya
ketidak mampuan pada inderawi, kognisi dan emosi pada seseorang terhadap
penampilan atau fungsi tubuhnya yang pada umumnya tidak diketemukan gejalanya
pada pemeriksaan medis.[3]
Didalam DSM IV gangguang somatoform dibagi menjadi enam
golongan, yaitu Hypocodriasis, somatization
disorder, convension disorder, pain disorder, body dismorphic disorder, dan Somatoform Disorder Not Otherwise Specified.
Hipokondriasis berasal dari kata hypocondria (bahasa Yunani) yang artinya
dibawah tulang iga, dan keadaan organ-organ di wilayah ini akan mempengaruhi
keadaan psikologis seeseorang.[4]
Hipokondriasis sendiri didalm psikologi memiliki pengertian gangguan somatoform
yang muncul bersamaan dengan perasaan cemas yang berlebihan sehingga
menyebabakan rasa takut akan terjangkit penyakit yang parah meskipun tanpa
bukti medis.[5]
Diagnosis hipokondriasis
meliputi, diantaranya:[6]
• preokupasi [7]pada
ketakutan mengidap penyakit serius.
• preokupasi tetapi tetap
persisten[8]
meskipun ada kepastian dari medis yang tepat
• tidak terbatas pada kekhawatiran terhadap penampilan fisik.
• distres yang signifikan secara klinis karena adanya preokupasi
tersebut.
• durasinya paling sedikit selama enam bulan.
Dan penyebab dari
hipokondriasis adalah persepsi yang keliru terhadap berbagai tanda dan sensasi
fisik yang dianggap sebagai bukti adanya penyakit fisik tertentu. Dan selain
itu ada penyebab yang lain diantaranya peristiwa-peristiwa yang dapat
memunculkan sters sehingga menumbuhkan hipokondriasis. Orang-orang yang
mengalami ahipokondriasis cenderung memiliki riwaayat penyakit yang tidak
proporsonal dalam keluarga ketika mereka masih kanak-kanak. Adanya pengaruh
sosial dan antar pribadi bisa berperan dalam meninbulkan gangguan
hipokondriasis, semisal didalam keluarga dimana seseorang jika mengalami sakit
akan mendapatakan perhatian yang lebih dari pada orang yang sehat.[9]
Somatization disorder atau gangguan somatisasi merupakan gangguan somatoform
yang disertai dengan berbagai keluhan yang muncul berulang-ulang yang tidak
dapat diterangkan melalui pemeriksaan medis.[10]
Diagnosis gangguan somatisasi
meliputi:[11]
• banyaknya keluhan fisik yang
muncul sebelum usia 30 tahun, yang berlangsung bertahun-tahun.
• menunjukkan gejala-gejala
sebagai berikut : gejala seksual misalnya disfungsi seksual. Gejala
pseudoneurologis[12]
misalnya penglihatan ganda, gangguan keseimbangan atau koordinasi.
• keluhan-keluhan fisik yang
tidak dapat dijelaskan secara medis.
• keluhan atau hendaya[13] tidak
dibuat secara sengaja.
Gangguan somatisasi itu terkait
erat dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dari keluarga seperti pernah
mengalami kekerasan secara fisik, kebiasaan berdusta, mencuri sikap tidak
bertanggung jawab dalam hubunganya dalam pekerjaan dan keuangan.[14]
Selain itu somatisasi ada
jugayang terkait dengan budaya, semisal sindrom koro dan sindrom dhat. Sindrom
koro adalah gangguan yang berkaitan dengan budaya terutama di cina dan sejumlah
negara asia timur, yang beranggapan bahwasanya alat genital mereka mengecil dan
masuk kedalam tubuh yang dapat mengakibatkan kematian. Sebagian besar kasus ini
dialami oleh laki-laki, akan tetapi pernah dilaporkan sindrom koro dialami oleh
wanita.[15]
Dan sindrom Dhat adalah sindrom
yang dialami oleh laki-laki muda India disertai dengan ketakutan berlebihan
akan kehilangan air mani saat buang aiar kecil pada malam hari. Dan mereka
berkeyakinan kehilangan air mani adalah sesuatu yang membahayakan karena dapat
mengurangi energi psikis dan fisik.[16]
Perbedaan antara
hypokondriasis dengan soamtisasi, jika orang yang memiliki ganguan
hypokondriasis lebih mengambil tindakan dengan segera begitu menyadari
gejalanya, misalnya dengan periksa ke dokter atau minum obat. Sedangkan untuk
orang yang mentgalami ganguan somatisasi tidak segera mengambil tindakan dan
merasa dirinya semakin lemah dan sakit, dan mereka menghindari olah raga karena
mereka beranggapan dengan berolah raga mehanya akan memperparah penyakitnya.[17]
convension disorder atau
gangguan konversi gangguan yang muncul pada fungsi tubuh seperti kebutaan atau
kelumpuhan yang mengesankan adanya kerusakan pada neurologis yang tidak dapat dijelaskan dengan penjelasan medis
maupun neurologis.[18]
Diagnosis gangguan konversi meliputi:[19]
• satu atau lebih kondisi yang
mempengaruhi fungsi motorik atau fungsi indera yang mengesankan kondisi
neurologis atau kondisi medis yang umum.
• faktor-faktor psikologis diduga diasosiasikan dengan kondisi
terdahulu yang menyebabkan konfik.
• kondisi yang tidak dapat
dijelaskan secara medis, atau sebagai sangsi moral atas perilaku yang
dilakukanya.
• secara klinis signifikan
dengan hendaya (distres).
Dalam pandangan psikoanalissi penyebab dari gangguan
konversi adalah individu mengalami kejadian traumatik yang berupa konflik tidak
sadar dan tidak dapat diterima. Konflik ataupun kecemasan yang timbul tersebut
yang tidak dapat diterimanya sehingga direpres kedalam alam bawah sadar.
Kecemasan yang diakibatkan oleh konflik tersebut semakin meningkat sehingga
muncul di alam sadar untuk menghilangkan tekanan atau kecemasan tersebut orang
yang bersangkutan memunculkanya dalam
keadaan fisik.[20]
Semisal seseorang yang mengalami traumatik pada peristiwa pertandingan
beladiri, dan pertandingan beladiri itu sering terjadi cidera bahkan kematian
yang mana untuk melakukan pengunduran diri merupakan tindakan pengecut, maka
munculllah pertentangan batin sehingga direpres kedalam alam bawah sadar
sehingga seorang praktisi beladiri mengalami kelumpuhan kaki atau tangan secara
tiba-tiba tanpa adnya penyebab yang jelas.
Di dalam buku intisari psikologi abnormal gangguan yang
erat kaitanya pada gangguan konversi adalah Malingering dan Factitious
disorder. Melingering adalahsengaja berpura-pura mengalami gangguan fisik atau
psikologis kerana motif tertentu. Factitious disorder adalah gangguan fisik
atau psikologis yang sebenarnya tidak ada, yang sengaja dimunculkan agar
mendapat perhatian.(V. mark Durant
dan David H. Barlow). Dan malingering dialkukan oleh seseorang agar mendapat
kan sesuatu yang diinginkanya ,untuk menghindari tanggung jawab, serta untuk
menghindari situasi yang sulit atau yang berbahaya. Sedangkan untuk factitious
disorder hampir sama dengan malingering cuman bedanya gangguan ini tidak
memiliki alasan yang jelas untuk memunculkan gejala kecuali untuk mendapatkan
status pasien dan mendapatkan perhatian yang lebih.
pain
disorder atau gangguan nyeri merupakan
rasa nyeri yang dialami individu di salah satu bagian tubunya yang tidak bisa
dibuktikan secara medis maupun neurologis, kerana gangguan ini pada umumnya di
pengaruhi oleh faktor psikologis.[21]
Diagnosis pada gangguan nyeri meliputi:[22]
• adanya rasa nyeri atau rasa
sakit dibagian tubuh tertentu atau beberapa bagian tubuh
• nyeri tiu menyebabkan distres atau hendaya yang signifikan
secara klinis.
• Faktor-faktor psikologis
merupakan faktor penentu tingkat keparahan.
• rasa nyeri tersebut bukan merupakan rekayasa.
Body dismorphic disorder (BDD)
atau gangguan dismorfik tubuh, merupakan gangguan somatofom dengan membayangkan
adanya kerusakan atau kecilnya anggota tubuh yang terdapat pada penampilan
orang yang mengalami gangguan dismorfik tubuh.
Diagnosis untuk gangguan dismorfik
tubuh meliputi:[23]
• preokupasi pada kekurangan
atau kekecilan yang dibayangkan pada anggota tubuh sehingga merasa akan
mempengaruhi penampilanya.
• preokupasi menyebabkan distres
atau hendaya yang signifikan dalam fungsi
Diduga penyebabnya adalah pengaruh
budaya atau sosial, dengan adanya konsep stereotip mengenai bentuh tubuh yang
ideal.[24]
Semisal wanita yang cantik itu kulitnya harus halus, putih dan bentuk tubuhnya
yang langsing serta memiliki bentuk payudara yang ideal. Dan pada umumnya
gangguanj BDD itu menyangkut masalah disekitar wajah dan kepala kerana yang
menjadi pusat perhatian orang lain adalah di area itu. Dan tidak jarang bagi
oarang ingin merubah anggota tubuhnya tersebut dengan cara suntik silikon
ataupun dengan bedah plastik.
Somatoform Disorder Not Otherwise Specified atau gangguan somatoform yang tidak
digolongkan. Kategori ini dimasukkan kedalam gangguan dengan gejala somatoform
akan tetapi kriterianya tidak begitu spesifik ke dalam gangguan somatoform,dan
memiliki kriteria diagnostik sebagai berikut:[25]
- sebuah gangguan yang meliputi gejala hypocondriasis non psikotik yang kurang dari enam bulan.
- sebuah gangguan yang meliputi keluhan kejiwaan yang tidak diterangkan (misalnya kelelahan atau kelemahan tubuh) durasinya kurang dari enam bulan begitu tidak dapat diterangkan gangguan mental yang lainya.
- keluhan-keluhan fisik yang bersifat mutiple, beragam dan menetap, akan tetapi ciri-ciri klinis yang khas dan lengkap pada gangguan somatisasi tidak terpenuhi.[26]
- kemungkinan adanya pengaruh dari faktor psikologis belum pasti, akan tetapi harus tidak ada penyebab fisik dari keluhan-keluhan tersebut.[27]
III.
Kesimpulan
Gangguan Somatoform adalah gangguan yang berorientasi
pada fisik seperti mual, nyeri, kembung, kehilangan fungsi tubuh yang
sesungguhnya tidak ada abnormalitas pada fisiologis yang dapat ditemukan
penyebabnya melalui pemeriksaan medik. Dan gangguan somatoform digolongkan
menjadi yaitu Hypocodriasis, somatization
disorder, convension disorder, pain disorder, body dismorphic disorder, dan Somatoform Disorder Not Otherwise Specified.
Penanganan
pada gangguan somatoform secara garis besar dapat dilakukan dengan teknik
Cognitif Behaviour Theraphy (CBT). Teknik yang dapat diterapkan berupa latihan
kognitif (memaksimalkan fungsi rasional). Mempertanyakan, mencari alternatif,
memantau pikiran, menguji realitas, mengganti pikiran negatif, dan melatih
ketrampilan coping (penyelesaian masalah atau stresor dengan cara baik dan
benar).[28]
Daftar Pustaka
Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder, Fourth Edition
DSM-IV TM , copyright 2000. The American Psychiatric Associstion Washingthon
DC.
Durant, V. Mark dan David H. Barlow. 2006. Intisari
Psikologi Abnormal edisi keempat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis
Gangguan Jiwa PPDGI-III. Jakarta: PT Nuh Jaya.
Nevid, Jefri S., Spencer A. Rathus dan Beverly
Greene. 2009. Psikologi Abnormal edisi
kelima. Jakarta: Erlangga.
Hasil
Diskusi di Kelas
- pertanyaan (Kusumasari): diagnosis banding untuk gangguan somatoform itu apa?
Jawaban (Atho) : untuk diagnosis bandingnya berupa gangguan anxietas
fobik, yaitu dengan ciri adanya perasaan
takut akan adanya penyakit dan ketakutan akan perubahan bentuk badan yang tidak
realistik.
Dan anxietasa dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (yang
berasal dari luar individu) yang sebenarnya pada saat kejadian tidak
membahayakan.
Serta Obsesive Kompulsif adalah ganguan
cemas, pikiran seseorang dipenuhi gagasan menetap tidak terkendalikan dan dia
dipaksa utk melakukan tindakan tertentu secara berulang-berulang yang sifatnya
mengganggu, serta menyebabkan stres.
- Pertanyaan (rofi) : Jelaskan secara sederhana untuk diagnosis pada masing-masing bagian pada gangguan somatoform.
Jawaban (Arifin) :
- Gangguan hipokodriasis : pasien terobsesi pada keluhan fisik secara terus menerus pada area yang sama dan kadang-kadang ras cemasnya tidak berlebihan (dijawab oleh pak wisnu).
- Gangguan Somatisasi: munculnya gangguan diseluruh tubuh dan terkadang pindah-pindah. Dan sering pindah-pindah dokter untuk menyakinkan orang lain bahwa gangguan pada tubuhnya itu benar-benar ada (dijelasskan oleh pak wisnu).
- Gangguan konversi: munculnya gangguan pada fungsi tubuh, seperti kelumpuhan atau kebutaan yang tidak dapat dijelaskan secara medis.
- Gangguan nyeri (pain disorder): rasa nyeri yang lebih dominan pada satu atau beberapa bagian tubuh. Dan pada umumnya terjadi ketegangan diatas kepala (di jelaskan oleh pak wisnu)
- Gangguan dismorfik tubuh: mengangap disalah satu bagian tubuhnya ada yang mengalami kerusakan atau kecilnya anggota tubuh.
- Gangguan somatoform yang tidak digolongkan:adanya keluhan-keluhan yang bersifat multiple, bervariasi dan menetapakan tetapi klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi.
[1] V. mark Durant dan David H. Barlow, Intisari Psikologi Abnormal edisi keempat,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 222.
[2] Jefri S. Nevid, Spencer A. Rathus dan
Beverly Greene, Psikologi Abnormal edisi
kelima, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 215.
[3] V. mark Durant dan David H. Barlow, Intisari
Psikologi Abnormal edisi keempat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h.
222.
[5] Artikel berjudul Gangguan Somatoform dan Gangguan Buatan yang disajikan di dalam kuliah psikologi
Abnormal oleh Wisnu Buntaran dosen fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, tahun 2011.
[6] Berdasarkan Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder,
Fourth Edition DSM-IV TM , copyright 2000. The American Psychiatric Associstion
Washingthon DC. Di dalam
bukunya V Mark Durant dan David H. Baelow, h. 225.
[7] Preokupasi adalah masa menjadi parah.
[8] Persisten adalah menetap tanpa perubahan.
[10] Jefri S. Nevid, Spencer A. Rathus dan Beverly Greene, Psikologi Abnormal edisi kelima, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 220.
[11] Berdasarkan Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder,
Fourth Edition DSM-IV TM , copyright 2000. The American Psychiatric Associstion
Washingthon DC. Di dalam
bukunya V Mark Durant dan David H. Baelow, h. 231.
[14] V. mark Durant dan David H. Barlow, Intisari, h. 230.
[18] Artikel berjudul Gangguan Somatoform dan Gangguan Buatan yang disajikan di dalam kuliah psikologi
Abnormal oleh Wisnu Buntaran dosen fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, tahun 2011.
[19] Berdasarkan Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder,
Fourth Edition DSM-IV TM , copyright 2000. The American Psychiatric Associstion
Washingthon DC. Di dalam
bukunya V Mark Durant dan David H. Baelow, h. 233.
[21] Artikel berjudul Gangguan Somatoform dan Gangguan Buatan yang disajikan di dalam kuliah psikologi
Abnormal oleh Wisnu Buntaran dosen fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, tahun 2011.
[22] Berdasarkan Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder,
Fourth Edition DSM-IV TM , copyright 2000. The American Psychiatric Associstion
Washingthon DC. Di dalam
bukunya V Mark Durant dan David H. Baelow, h. 240.
[23] Berdasarkan Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder,
Fourth Edition DSM-IV TM , copyright 2000. The American Psychiatric Associstion
Washingthon DC. Di dalam
bukunya V Mark Durant dan David H. Baelow, h. 244.
[24] Artikel berjudul Gangguan Somatoform dan Gangguan Buatan yang disajikan di dalam kuliah psikologi
Abnormal oleh Wisnu Buntaran dosen fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, tahun 2011
[25] Diagnostic
and Statiscal Manual of Mental Disorder Fourth Edition DSM-IV TM Published by
The American Psychiatric Associstion Washingthon DC.
[26] Rusdi Maslim, Diagnosis
Gangguan Jiwa PPDGI-III, (Jakarta:
PT Nuh Jaya, 2001), h. 84.
[27] Rusdi Maslim, Diagnosis
Gangguan Jiwa PPDGI-III, (Jakarta:
PT Nuh Jaya, 2001), h. 84.
[28] Kuliah konseling & psikoterapi dengan judul CBT, wisnu buntaran
dosen fak.ushuludin iain walisongo semarang,
1 november 2011.
0 komentar:
Posting Komentar