Kamis, 06 Februari 2014

SOMATOFORM DISORDER



SOMATOFORM DISORDER
I.                   Pendahuluan
Seringkali seseorang mengeluhkan rasa sakit, meskipun sebenarnya secara medis telah dinyatakan sehat. Seseorang merasa ada yang aneh pada dirinya, meskipun tidak ada yang aneh pada dirinya. Dan terkadang soerang atlit, para pejabat atau seorang prajuri mengalami lumpuh atau matinya sebagian tubuh tanpa diketahui penyebabnya. Seseorang yang merasa bagian tubuhnya kurang sempurna atau ada bagian tubihnya yang kecil. Hal-hal tersebut terkadang membuat individu merasa tidak nyaman dan merasa aktivitas keseharianya terganggu. Kejadian-kejadian tersebut didalam psikologi disebut dengan gangguan Somatoform.[1]
Gangguan somatoform merupakan cerminan atau konflik psikologis seseorang. Dan gangguan somatofom merupakan suatu gangguan yang menyakini atau untuk menyakinkan orang lain bahwa dirinya sedang sakit, tubuhnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau bentuk tubuh yang kurang bagus.
Didalam makalah ini akan menjelaskan pengertian dari gangguan somatoform dan golongan-golongan yang termasuk di dalam somatoform. Di dalam golongan tersebut juga akan dijelaskan penyebab serta diagnosis menurut DSM-IV TM.
II.                Pembahasan
Somatoform berasal dari bahasa Yunani yang memiliki asal kata soma, artinya tubuh. Somatoform adalah gangguan yang berorientasi pada fisik seperti mual, nyeri, kembung, kehilangan fungsi tubuh yang sesungguhnya tidak ada abnormalitas pada fisiologis yang dapat ditemukan penyebabnya melalui pemeriksaan medik.[2] Pendapat yang lain menyatakan gangguan somatoform merupakan kekhawatiran adanya ketidak mampuan pada inderawi, kognisi dan emosi pada seseorang terhadap penampilan atau fungsi tubuhnya yang pada umumnya tidak diketemukan gejalanya pada pemeriksaan medis.[3]
Didalam DSM IV gangguang somatoform dibagi menjadi enam golongan, yaitu Hypocodriasis, somatization disorder, convension disorder, pain disorder, body dismorphic disorder, dan Somatoform Disorder Not Otherwise Specified.
Hipokondriasis berasal dari kata hypocondria (bahasa Yunani) yang artinya dibawah tulang iga, dan keadaan organ-organ di wilayah ini akan mempengaruhi keadaan psikologis seeseorang.[4] Hipokondriasis sendiri didalm psikologi memiliki pengertian gangguan somatoform yang muncul bersamaan dengan perasaan cemas yang berlebihan sehingga menyebabakan rasa takut akan terjangkit penyakit yang parah meskipun tanpa bukti medis.[5]
Diagnosis hipokondriasis meliputi, diantaranya:[6]
     preokupasi [7]pada ketakutan mengidap penyakit serius.
     preokupasi tetapi tetap persisten[8] meskipun ada kepastian dari medis yang tepat
     tidak terbatas pada kekhawatiran terhadap penampilan fisik.
     distres yang signifikan secara klinis karena adanya preokupasi tersebut.
     durasinya paling sedikit selama enam bulan.
Dan penyebab dari hipokondriasis adalah persepsi yang keliru terhadap berbagai tanda dan sensasi fisik yang dianggap sebagai bukti adanya penyakit fisik tertentu. Dan selain itu ada penyebab yang lain diantaranya peristiwa-peristiwa yang dapat memunculkan sters sehingga menumbuhkan hipokondriasis. Orang-orang yang mengalami ahipokondriasis cenderung memiliki riwaayat penyakit yang tidak proporsonal dalam keluarga ketika mereka masih kanak-kanak. Adanya pengaruh sosial dan antar pribadi bisa berperan dalam meninbulkan gangguan hipokondriasis, semisal didalam keluarga dimana seseorang jika mengalami sakit akan mendapatakan perhatian yang lebih dari pada orang yang sehat.[9]
Somatization disorder atau gangguan somatisasi merupakan gangguan somatoform yang disertai dengan berbagai keluhan yang muncul berulang-ulang yang tidak dapat diterangkan melalui pemeriksaan medis.[10]
Diagnosis gangguan somatisasi meliputi:[11]
     banyaknya keluhan fisik yang muncul sebelum usia 30 tahun, yang berlangsung bertahun-tahun.
     menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut : gejala seksual misalnya disfungsi seksual. Gejala pseudoneurologis[12] misalnya penglihatan ganda, gangguan keseimbangan atau koordinasi.
     keluhan-keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis.
     keluhan atau hendaya[13] tidak dibuat secara sengaja.
Gangguan somatisasi itu terkait erat dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dari keluarga seperti pernah mengalami kekerasan secara fisik, kebiasaan berdusta, mencuri sikap tidak bertanggung jawab dalam hubunganya dalam pekerjaan dan keuangan.[14]
Selain itu somatisasi ada jugayang terkait dengan budaya, semisal sindrom koro dan sindrom dhat. Sindrom koro adalah gangguan yang berkaitan dengan budaya terutama di cina dan sejumlah negara asia timur, yang beranggapan bahwasanya alat genital mereka mengecil dan masuk kedalam tubuh yang dapat mengakibatkan kematian. Sebagian besar kasus ini dialami oleh laki-laki, akan tetapi pernah dilaporkan sindrom koro dialami oleh wanita.[15]
Dan sindrom Dhat adalah sindrom yang dialami oleh laki-laki muda India disertai dengan ketakutan berlebihan akan kehilangan air mani saat buang aiar kecil pada malam hari. Dan mereka berkeyakinan kehilangan air mani adalah sesuatu yang membahayakan karena dapat mengurangi energi psikis dan fisik.[16]
Perbedaan antara hypokondriasis dengan soamtisasi, jika orang yang memiliki ganguan hypokondriasis lebih mengambil tindakan dengan segera begitu menyadari gejalanya, misalnya dengan periksa ke dokter atau minum obat. Sedangkan untuk orang yang mentgalami ganguan somatisasi tidak segera mengambil tindakan dan merasa dirinya semakin lemah dan sakit, dan mereka menghindari olah raga karena mereka beranggapan dengan berolah raga mehanya akan memperparah penyakitnya.[17]
convension disorder atau gangguan konversi gangguan yang muncul pada fungsi tubuh seperti kebutaan atau kelumpuhan yang mengesankan adanya kerusakan pada neurologis yang tidak dapat dijelaskan dengan penjelasan medis maupun neurologis.[18]
Diagnosis gangguan konversi meliputi:[19]
     satu atau lebih kondisi yang mempengaruhi fungsi motorik atau fungsi indera yang mengesankan kondisi neurologis atau kondisi medis yang umum.
     faktor-faktor psikologis diduga diasosiasikan dengan kondisi terdahulu yang menyebabkan konfik.
     kondisi yang tidak dapat dijelaskan secara medis, atau sebagai sangsi moral atas perilaku yang dilakukanya.
     secara klinis signifikan dengan hendaya (distres).
Dalam pandangan psikoanalissi penyebab dari gangguan konversi adalah individu mengalami kejadian traumatik yang berupa konflik tidak sadar dan tidak dapat diterima. Konflik ataupun kecemasan yang timbul tersebut yang tidak dapat diterimanya sehingga direpres kedalam alam bawah sadar. Kecemasan yang diakibatkan oleh konflik tersebut semakin meningkat sehingga muncul di alam sadar untuk menghilangkan tekanan atau kecemasan tersebut orang yang bersangkutan memunculkanya dalam  keadaan fisik.[20] Semisal seseorang yang mengalami traumatik pada peristiwa pertandingan beladiri, dan pertandingan beladiri itu sering terjadi cidera bahkan kematian yang mana untuk melakukan pengunduran diri merupakan tindakan pengecut, maka munculllah pertentangan batin sehingga direpres kedalam alam bawah sadar sehingga seorang praktisi beladiri mengalami kelumpuhan kaki atau tangan secara tiba-tiba tanpa adnya penyebab yang jelas.
Di dalam buku intisari psikologi abnormal gangguan yang erat kaitanya pada gangguan konversi adalah Malingering dan Factitious disorder. Melingering adalahsengaja berpura-pura mengalami gangguan fisik atau psikologis kerana motif tertentu. Factitious disorder adalah gangguan fisik atau psikologis yang sebenarnya tidak ada, yang sengaja dimunculkan agar mendapat perhatian.(V. mark Durant dan David H. Barlow). Dan malingering dialkukan oleh seseorang agar mendapat kan sesuatu yang diinginkanya ,untuk menghindari tanggung jawab, serta untuk menghindari situasi yang sulit atau yang berbahaya. Sedangkan untuk factitious disorder hampir sama dengan malingering cuman bedanya gangguan ini tidak memiliki alasan yang jelas untuk memunculkan gejala kecuali untuk mendapatkan status pasien dan mendapatkan perhatian yang lebih. 
pain disorder atau gangguan nyeri merupakan rasa nyeri yang dialami individu di salah satu bagian tubunya yang tidak bisa dibuktikan secara medis maupun neurologis, kerana gangguan ini pada umumnya di pengaruhi oleh faktor psikologis.[21]
Diagnosis pada gangguan nyeri meliputi:[22]
     adanya rasa nyeri atau rasa sakit dibagian tubuh tertentu atau beberapa bagian tubuh
     nyeri tiu menyebabkan distres atau hendaya yang signifikan secara klinis.
     Faktor-faktor psikologis merupakan faktor penentu tingkat keparahan.
     rasa nyeri tersebut bukan merupakan rekayasa.
Body dismorphic disorder (BDD) atau gangguan dismorfik tubuh, merupakan gangguan somatofom dengan membayangkan adanya kerusakan atau kecilnya anggota tubuh yang terdapat pada penampilan orang yang mengalami gangguan dismorfik tubuh.
Diagnosis untuk gangguan dismorfik tubuh meliputi:[23]
     preokupasi pada kekurangan atau kekecilan yang dibayangkan pada anggota tubuh sehingga merasa akan mempengaruhi penampilanya.
     preokupasi menyebabkan distres atau hendaya yang signifikan dalam fungsi

Diduga penyebabnya adalah pengaruh budaya atau sosial, dengan adanya konsep stereotip mengenai bentuh tubuh yang ideal.[24] Semisal wanita yang cantik itu kulitnya harus halus, putih dan bentuk tubuhnya yang langsing serta memiliki bentuk payudara yang ideal. Dan pada umumnya gangguanj BDD itu menyangkut masalah disekitar wajah dan kepala kerana yang menjadi pusat perhatian orang lain adalah di area itu. Dan tidak jarang bagi oarang ingin merubah anggota tubuhnya tersebut dengan cara suntik silikon ataupun dengan bedah plastik.
 Somatoform Disorder Not Otherwise Specified atau gangguan somatoform yang tidak digolongkan. Kategori ini dimasukkan kedalam gangguan dengan gejala somatoform akan tetapi kriterianya tidak begitu spesifik ke dalam gangguan somatoform,dan memiliki kriteria diagnostik sebagai berikut:[25]
  1. sebuah gangguan yang meliputi gejala hypocondriasis non psikotik yang kurang dari enam bulan.
  2. sebuah gangguan yang  meliputi keluhan kejiwaan yang tidak diterangkan (misalnya kelelahan atau kelemahan tubuh) durasinya kurang dari enam bulan begitu tidak dapat diterangkan gangguan mental yang lainya.
  3. keluhan-keluhan fisik yang bersifat mutiple, beragam dan menetap, akan tetapi ciri-ciri klinis yang khas dan lengkap pada gangguan somatisasi tidak terpenuhi.[26]
  4. kemungkinan adanya pengaruh dari faktor psikologis belum pasti, akan tetapi harus tidak ada penyebab fisik dari keluhan-keluhan tersebut.[27]
III.             Kesimpulan
Gangguan Somatoform adalah gangguan yang berorientasi pada fisik seperti mual, nyeri, kembung, kehilangan fungsi tubuh yang sesungguhnya tidak ada abnormalitas pada fisiologis yang dapat ditemukan penyebabnya melalui pemeriksaan medik. Dan gangguan somatoform digolongkan menjadi yaitu Hypocodriasis, somatization disorder, convension disorder, pain disorder, body dismorphic disorder, dan Somatoform Disorder Not Otherwise Specified.
Penanganan pada gangguan somatoform secara garis besar dapat dilakukan dengan teknik Cognitif Behaviour Theraphy (CBT). Teknik yang dapat diterapkan berupa latihan kognitif (memaksimalkan fungsi rasional). Mempertanyakan, mencari alternatif, memantau pikiran, menguji realitas, mengganti pikiran negatif, dan melatih ketrampilan coping (penyelesaian masalah atau stresor dengan cara baik dan benar).[28]

                                          Daftar Pustaka
Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder, Fourth Edition DSM-IV TM , copyright 2000. The American Psychiatric Associstion Washingthon DC.
Durant, V. Mark dan David H. Barlow. 2006. Intisari Psikologi Abnormal edisi keempat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGI-III. Jakarta: PT Nuh Jaya.
Nevid, Jefri S., Spencer A. Rathus dan Beverly Greene. 2009. Psikologi Abnormal edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Hasil Diskusi di Kelas
  1. pertanyaan (Kusumasari): diagnosis banding untuk gangguan somatoform itu apa?
Jawaban (Atho) : untuk diagnosis bandingnya berupa gangguan anxietas fobik,  yaitu dengan ciri adanya perasaan takut akan adanya penyakit dan ketakutan akan perubahan bentuk badan yang tidak realistik.
Dan anxietasa dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (yang berasal dari luar individu) yang sebenarnya pada saat kejadian tidak membahayakan.
Serta Obsesive Kompulsif adalah ganguan cemas, pikiran seseorang dipenuhi gagasan menetap tidak terkendalikan dan dia dipaksa utk melakukan tindakan tertentu secara berulang-berulang yang sifatnya mengganggu, serta menyebabkan stres.

  1. Pertanyaan (rofi) : Jelaskan secara sederhana untuk diagnosis pada masing-masing bagian pada gangguan somatoform.
Jawaban (Arifin) :
    1. Gangguan hipokodriasis : pasien terobsesi pada keluhan fisik secara terus menerus pada area yang sama dan kadang-kadang ras cemasnya tidak berlebihan (dijawab oleh pak wisnu).
    2. Gangguan Somatisasi: munculnya gangguan diseluruh tubuh dan terkadang pindah-pindah. Dan sering pindah-pindah dokter untuk menyakinkan orang lain bahwa gangguan pada tubuhnya itu benar-benar ada (dijelasskan oleh pak wisnu).
    3. Gangguan konversi: munculnya gangguan pada fungsi tubuh, seperti kelumpuhan atau kebutaan yang tidak dapat dijelaskan secara medis.
    4. Gangguan nyeri (pain disorder): rasa nyeri yang lebih dominan pada satu atau beberapa bagian tubuh. Dan pada umumnya terjadi ketegangan diatas kepala (di jelaskan oleh pak wisnu)
    5.  Gangguan dismorfik tubuh: mengangap disalah satu bagian tubuhnya ada yang mengalami kerusakan atau kecilnya anggota tubuh.
    6. Gangguan somatoform yang tidak digolongkan:adanya keluhan-keluhan yang bersifat multiple, bervariasi dan menetapakan tetapi klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi.





[1] V. mark Durant dan David H. Barlow, Intisari Psikologi Abnormal edisi keempat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 222.
[2] Jefri S. Nevid, Spencer A. Rathus dan Beverly Greene, Psikologi Abnormal edisi kelima, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 215.
[3] V. mark Durant dan David H. Barlow, Intisari Psikologi Abnormal edisi keempat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 222.
[4] Ibid.
[5] Artikel berjudul Gangguan Somatoform dan Gangguan Buatan yang disajikan di dalam kuliah psikologi Abnormal oleh Wisnu Buntaran dosen fakultas Ushuluddin  IAIN Walisongo Semarang, tahun 2011.
[6] Berdasarkan Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder, Fourth Edition DSM-IV TM , copyright 2000. The American Psychiatric Associstion Washingthon DC. Di dalam bukunya V Mark Durant dan David H. Baelow, h. 225.
[7] Preokupasi adalah masa menjadi parah.
[8] Persisten adalah menetap tanpa perubahan.
[9] V. mark Durant dan David H. Barlow, Intisari, h. 227.
[10] Jefri S. Nevid, Spencer A. Rathus dan Beverly Greene, Psikologi Abnormal edisi kelima, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 220.
[11] Berdasarkan Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder, Fourth Edition DSM-IV TM , copyright 2000. The American Psychiatric Associstion Washingthon DC. Di dalam bukunya V Mark Durant dan David H. Baelow, h. 231.
[12] Pseudoneurologis adalah gangguan psikologi karena saraf.
[13] Hendaya adalah ketidakmampuan.
[14] V. mark Durant dan David H. Barlow, Intisari, h. 230.
[15] Jefri S. Nevid, Spencer A. Rathus dan Beverly Greene, Psikologi Abnormal, h. 221.
[16] Jefri S. Nevid, Spencer A. Rathus dan Beverly Greene, Ibid, h. 222.
[17] V. mark Durant dan David H. Barlow, Intisari, h. 229.
[18] Artikel berjudul Gangguan Somatoform dan Gangguan Buatan yang disajikan di dalam kuliah psikologi Abnormal oleh Wisnu Buntaran dosen fakultas Ushuluddin  IAIN Walisongo Semarang, tahun 2011.
[19] Berdasarkan Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder, Fourth Edition DSM-IV TM , copyright 2000. The American Psychiatric Associstion Washingthon DC. Di dalam bukunya V Mark Durant dan David H. Baelow, h. 233.
[20] V. mark Durant dan David H. Barlow, Intisari Psikologi, h. 237.
[21] Artikel berjudul Gangguan Somatoform dan Gangguan Buatan yang disajikan di dalam kuliah psikologi Abnormal oleh Wisnu Buntaran dosen fakultas Ushuluddin  IAIN Walisongo Semarang, tahun 2011.
[22] Berdasarkan Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder, Fourth Edition DSM-IV TM , copyright 2000. The American Psychiatric Associstion Washingthon DC. Di dalam bukunya V Mark Durant dan David H. Baelow, h. 240.
[23] Berdasarkan Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder, Fourth Edition DSM-IV TM , copyright 2000. The American Psychiatric Associstion Washingthon DC. Di dalam bukunya V Mark Durant dan David H. Baelow, h. 244.
[24] Artikel berjudul Gangguan Somatoform dan Gangguan Buatan yang disajikan di dalam kuliah psikologi Abnormal oleh Wisnu Buntaran dosen fakultas Ushuluddin  IAIN Walisongo Semarang, tahun 2011
[25] Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder Fourth Edition DSM-IV TM Published by The American Psychiatric Associstion Washingthon DC.
[26] Rusdi Maslim, Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGI-III, (Jakarta: PT Nuh Jaya, 2001), h. 84.
[27] Rusdi Maslim, Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGI-III, (Jakarta: PT Nuh Jaya, 2001), h. 84.
[28] Kuliah konseling & psikoterapi dengan judul CBT, wisnu buntaran dosen fak.ushuludin iain walisongo semarang, 1 november 2011.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More